Ngintip Aksi Bebersih Gedung Juang Tambun

Minggu 22 Maret 2015 walau masih mengantuk karena semalaman hingga pagi mengikuti Persami (Perkemahan Sabtu-Minggu) SMPN 1 Terbuka Samuderajaya Tarumajaya Bekasi, paginya tetap nekad berkunjung ke Gedung Juang Tambun untuk menyaksikan Aksi Bersih-Bersih yang digelar oleh berbagai komunitas di Bekasi.


Lintas Komunitas Pelestari Budaya Bekasi Bebersih Gedung Juang TambunLintas Komunitas Pelestari Budaya Bekasi Bebersih Gedung Juang Tambun


Gedung bersejarah yang muram dan kesepian ini didirikan tahun 1906, sering juga disebut sebagai Gedung Pakpak, Gedong Tinggi hingga Gedung Putih. Menilik umur bangunan yang telah melebihi 100 tahun, Gedung ini memiliki makna yang dalam karena sejarahnya, pernah dijadikan sebagai kantor Kabupaten Jatinegara (sebelum berubah menjadi Kabupaten Bekasi), gedung ini juga pernah menjadi tempat pertahanan dan pusat komando dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari tentara sekutu yang hendak menjajah Indonesia kembali.

Akhir tahun 1947, Belanda melanggar Perjanjian Linggar Jati dan melakukan agresi militer pertama, tahun 1949 Gedung Juang Tambun sempat dikuasai oleh tentara Belanda setelah melakukan serangan bertubi-tubi. Namun hanya setahun kemudian (tahun 1950) pejuang Indonesia kembali merebut gedung ini. Pada tahun 1951 gedung ini diisi oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat, Batalyon Kian Santang. Lembaga wakil rakyat pun pernah berkantor di gedung ini hingga tahun 1960 diantaranya DPRD Sementara, DPRD Tk. II Bekasi dan DPRD-GR hingga tahun 1960. Pada tahun 1962 dijadikan tempat tahanan politik Partai Komunis Indonesia (PKI).

Pada tahun 1982, Bupati Bekasi Abdul Fatah menjabat 1973 - 1983 membentuk Akademi Pembangunan Desa (APD) di wilayah Tambun dengan menggunakan Gedung juang Tambun sebagai kampusnya. Kini Akademi Pembangunan Desa (APD) menjadi Universitas Islam 45 Bekasi dan telah memiliki kampus sendiri di Jalan Cut Meutia, kota Bekasi. [Sumber]


Lintas Komunitas Pelestari Budaya Bekasi Bebersih Gedung Juang Tambun
Lintas Komunitas Pelestari Budaya Bekasi Bebersih Gedung Juang Tambun

Lintas Komunitas Pelestari Budaya Bekasi Bebersih Gedung Juang TambunLintas Komunitas Pelestari Budaya Bekasi Bebersih Gedung Juang TambunLintas Komunitas Pelestari Budaya Bekasi Bebersih Gedung Juang Tambun


Saya sangat mengapresiasi kegiatan bersih-bersih Gedung Juang Tambun dari Lintas Komunitas Pelestari Budaya Bekasi dan berbagai komunitas pemuda di Bekasi ini dan menyebutnya sebagai Aksi Nyata Menghormati dan Mencintai Sejarah Bekasi. Kegiatan yang diagendakan setiap 2 mingguan ini (sepertinya) hanya beredar dikalangan penggiat budaya dan komunitas yang memiliki perhatian pada seni budaya. Ya memang kesederhanaan dan fokus untuk bekerja akan tetap berjalan walau tanpa publikasi, namun demikian saya yakin, banyak pihak, baik pribadi ataupun komunitas yang juga ingin berbuat sesuatu untuk melestarikan dan merawat Gedung Juang baik secara fisiknya, semangatnya, jiwanya dan seterusnya. 

Disisi lain saya memahami mengapa kegiatan ini terkesan eksklusif, teman-teman Lintas Komunitas Pelestari Budaya Bekasi ingin menjaga kemurnian niat dari kegiatan ini, sederhananya saya menangkap pesan implisit "biarkan kami menghormati dan mencintai Bekasi dalam sepi, jangan artikan kegiatan kami sebagai aksi mencari perhatian dengan modus politik ataupun ekonomi". Entah benar atau tidak namun kesan itulah yang dapat saya terjemahkan dari komunikasi batin setelah datang, menyaksikan, mendokumentasikan kegiatan tersebut secara diam-diam.


Saya mencoba mendekat, mencoba naik ke lantai 2 untuk melihat lebih jauh kondisi Gedung Juang, tapi aroma Guano (kotoran kelelawar) atau yang sering disebut Amoniak membuat saya jengah dan hanya bisa berkeliling di lantai 1.


Sedemikian parahnyakah "kita" menterlantarkan sebuah gedung yang sarat makna dan nilai ini? saya tidak mengagungkan fisik gedungnya, tapi nilai-nilai lain, khususnya nilai sejarah gedung ini yang seharusnya dapat menjadi pintu masuk untuk mengenal Bekasi lebih jauh, bukankah kita mengenal pepatah "tak kenal maka tak sayang"? Ayo kita ramaikan Gedung Juang, jangan biarkan gedung bersejarah ini menjadi muram dan kesepian seperti kata saya di atas tadi.


Terimakasih kepada Bang Chupank (Wajah Ethnic Band), Bang Lephay (Sanggar Pejuang), Bang Chevy Macho (BBGB) Bang Mandor Jimmy, Bang Degol (Kumbesi) dan berbagai pihak yang luput dari pantauan saya atas kegiatan inspiratif ini, saya menyaksikan sendiri beliau-beliau dari Lintas Komunitas Pelestari Budaya Bekasi ada di lokasi bersama komunitas lainnya, berkeringat, bekerja, bergotong royong, konsentrasi dan guyub. 


Maaf abang-abang, saya datang terlambat, gak bantuin cuma foto-foto lalu posting dimana-mana, bukan untuk memperlihatkan saya juga ikut bekerja berkeringat bersama abang-abang semua, tapi saya mau kegiatan abang-abang ini menginspirasi dan membangkitkan kecintaan kita semua kepada Gedung Juang khususnya dan pada Bekasi umumnya. Insya Allah besok-besok mah aye kagak cuma moto-motoin doang bang, aye juga cinta Bekasi dan mau ikut bareng abang-abang semuah, Kurang lebihnya maapin kelancangan aye bang.

Salam.

3 komentar

  1. Wah ternyata Mas Bisot ini ngga bantuin toh, hmmmm gitu yah *hehehe*
    1. hehehe iya mas, terlambat datang, sampai sana orang sudah bekerja semua, ya sudah saya dokumentasi dan publikasi aja deh, nyamar sebagai citizen jurnalis hehehe
No Spam, Please.