Minggu, 29 Oktober 2017, di bawah pohon beringin lapangan Kecamatan Rawa Lumbu, Kota Bekasi.
Apa yang kita sebut sebagai Sumpah Pemuda itu adalah cuplikan dari hasil Kongres Pemuda Kedua tanggal 27-28 Oktober 1928. Pada saat itu 89 tahun lalu, usia Muhammad Yamin selaku sekretaris adalah 25 tahun, beliau lahir pada tanggal 24 Agustus 1903. Sanusi Pane lahir tanggal 14 November 1905, pada saat itu beliau berumur 23 tahun. Mohammad Tabrani Soerjowitjitro lahir 10 Oktober 1904 (24 tahun), seumuran dengan Djamaluddin Adinegoro (14 Agustus 1904), adik kandung M Yamin yang juga terlibat dalam kongres ini. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pada saat itu juga lagu kebangsaan Republik Indonesia pertama kali diperkenalkan. Dibawakan langsung dengan biola oleh komponisnya sendiri yaitu Wage Rudolf Soepratman, saat itu beliau berusia 25 tahun.
Siapa yang dapat menebak, 17 tahun kemudian, pada tahun 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekannya. Sebuah perjuangan yang cukup lama dalam mewujudkan kemerdekaan yang para pemuda itu cita-citakan.
Para pesilat muda membacakan 4 point deklarasi | Foto: Djuni Prasetya |
Kemarin lalu pada hari Minggu tanggal 29 Oktober 2017 saat saya hadir dalam upacara peringatan Sumpah Pemuda ke 89 ala Pencak Silat yang digagas oleh Generasi Muda dan Srikandi Silat Budaya Bekasi saya juga mendengar mereka membacakan sebuah deklarasi yang berisi 4 butir pernyataan. Antara lain pernyataan kesiapan menjaga dan melestarikan budaya, mengawal Pancasila dan kebhinekaan Indonesia, membangun generasi yang berjiwa sosial dan berbudaya, dan yang terakhir memerangi narkoba melalui gerakan kebudayaan.
Acara yang digelar oleh para remaja dari sekitar 50-an perguruan silat, padepokan dan komunitas penggiat seni budaya di Bekasi Raya ini menurut saya adalah sebuah momen titik balik dan geliat regenerasi gerakan pelestarian seni dan budaya Bekasi. Bagaimanapun para pemuda selalu memiliki gairah yang tidak kenal menyerah, dan sejarah telah membuktikan, perubahan selalu berasal dari ide-ide dan aksi-aksi para pemuda.
Terlepas dari kekurangan yang ada, acara perdana yang melibatkan banyak elemen termasuk unsur pemerintah daerah Kota Bekasi ini menurut saya sudah cukup berhasil dan layak menjadi patokan penting bagi yang terlibat. Kontrol waktu dan peralihan dari satu mata acara ke acara juga berlangsung lancar-lancar saja. Hanya sedikit kehilangan kontrol saat atraksi debus, akan lebih elegan kalau para penonton tidak mengerubung di pusat atraksi sehingga para tamu undangan di tenda dapat juga menyaksikan atraksi tersebut dari tempatnya.
Evaluasi-evaluasi yang dilakukan mungkin akan lebih bersifat teknis. Para senior yang terlibat sebaiknya mengambil sikap mengayomi dan mengarahkan karena lebih berpengalaman, selanjutnya biarkanlah adik-adik generasi penerus ini belajar dari pengalaman sehingga ke depan mereka lebih mengenali kemampuan dan keterbatasan-keterbatasannya lalu dapat bersinergi dengan pihak-pihak lain.
Hal yang menarik dari acara ini adalah wajah-wajah sumringah pesertanya, berkelompok, berbaur, berbincang dalam suasana gembira, seperti suasana lebaran, seperti bertemunya sanak saudara. Wajah anak-anak yang ceria malah seperti mendapatkan mainan yang mereka inginkan, entah pengalaman seperti apa yang sedang mereka rekam dalam ingatan untuk kelak menjadi kenangan.
Kalau para pemuda telah berkumpul, cepat atau lambat sesuatu yang besar akan terjadi. Semoga ini menjadi tonggak bangkitnya kembali gairah pelestarian seni budaya di Bekasi Raya. Sudah saatnya yang muda memimpin, Generasi Muda dan Srikandi Silat inilah para penjaga, sekaligus pelestari warisan luhur budaya kita, merekalah wajah masa depan kita.
Karena mereka itu "muda, beda dan berbahaya", kalau kata Superman Is Dead. :)
Salam
*Foto-foto, artikel dll tentang acara ini bisa dilihat di Event Facebook, Klik Di Sini.
Terlepas dari kekurangan yang ada, acara perdana yang melibatkan banyak elemen termasuk unsur pemerintah daerah Kota Bekasi ini menurut saya sudah cukup berhasil dan layak menjadi patokan penting bagi yang terlibat. Kontrol waktu dan peralihan dari satu mata acara ke acara juga berlangsung lancar-lancar saja. Hanya sedikit kehilangan kontrol saat atraksi debus, akan lebih elegan kalau para penonton tidak mengerubung di pusat atraksi sehingga para tamu undangan di tenda dapat juga menyaksikan atraksi tersebut dari tempatnya.
Evaluasi-evaluasi yang dilakukan mungkin akan lebih bersifat teknis. Para senior yang terlibat sebaiknya mengambil sikap mengayomi dan mengarahkan karena lebih berpengalaman, selanjutnya biarkanlah adik-adik generasi penerus ini belajar dari pengalaman sehingga ke depan mereka lebih mengenali kemampuan dan keterbatasan-keterbatasannya lalu dapat bersinergi dengan pihak-pihak lain.
Peserta peringatan sumpah pemuda ala silat jawara Bekasi Raya | Foto: Djuni Prasetya |
Hal yang menarik dari acara ini adalah wajah-wajah sumringah pesertanya, berkelompok, berbaur, berbincang dalam suasana gembira, seperti suasana lebaran, seperti bertemunya sanak saudara. Wajah anak-anak yang ceria malah seperti mendapatkan mainan yang mereka inginkan, entah pengalaman seperti apa yang sedang mereka rekam dalam ingatan untuk kelak menjadi kenangan.
Kalau para pemuda telah berkumpul, cepat atau lambat sesuatu yang besar akan terjadi. Semoga ini menjadi tonggak bangkitnya kembali gairah pelestarian seni budaya di Bekasi Raya. Sudah saatnya yang muda memimpin, Generasi Muda dan Srikandi Silat inilah para penjaga, sekaligus pelestari warisan luhur budaya kita, merekalah wajah masa depan kita.
Karena mereka itu "muda, beda dan berbahaya", kalau kata Superman Is Dead. :)
Salam
*Foto-foto, artikel dll tentang acara ini bisa dilihat di Event Facebook, Klik Di Sini.