
Dari Pinggiran Gotham, Hadirlah Raja Kejahatan Tanpa Mahkota
Kalau lo ngarep liat Batman di serial The Penguin [2024], mending batalin ekspektasi dari sekarang. Ini bukan cerita tentang jagoan berjubah hitam itu tapi tentang Oswald Cobb (Seharusnya Cobblepot) alias The Penguin, si kriminal setengah gila yang mendadak jadi pusat perhatian di Gotham pasca-bencana.
Tapi percayalah, ini bukan cerita klise penjahat pengkhianat pengen balas dendam. Ini lebih mirip drama gangster klasik ala The Sopranos, tapi dengan makeup tebal dan trauma masa kecil yang nggak kelar-kelar.
Colin Farrell balik lagi sebagai Penguin. Tapi jujur aja, lo gak akan ngenalin dia. Di balik lapisan prostetik, bekas luka yang panjang dari bibir ke pipi, dan aksen gangster Gotham yang tajam kayak belati, Farrell ilang. Yang nongol di layar itu bukan aktor ganteng asal Irlandia tapi sesosok manusia compang-camping, penuh malipulasi, licik, tapi surprisingly... manusiawi.
Nggak percaya? Lo harus denger sendiri tawa psikopat-nya pas dia spontan nembak orang di episode pertama.
Kaget? Iya. Ngeri? Banget. Tapi juga... lucu. Ini momen pertama kita sadar: kita lagi nonton sesuatu yang jauh lebih dalem dari sekedar prekuel Batman.
![]() |
Oz & Sofia Gigante |
Drama Keluarga, Darah, dan Dendam
Cerita The Penguin dibuka di reruntuhan Gotham, tepat setelah kejadian di film The Batman. Kota porak-poranda. Kriminal merajalela. Dan Oz, si Penguin, mulai naikin level dari tukang suruhan jadi bos beneran.
Musuh utama? Keluarga Falcone yang masih berusaha mempertahankan tahta mafia warisan. Ada Alberto, anak mabok yang impulsif. Dan Sofia Falcone, si psikopat dingin dengan masa lalu yang lebih kelam dari penjara Arkham.
Karakter yang dimainkan Cristin Milioti ini jadi kejutan paling segar di serial ini. Dia bukan sekadar villain wanita seksi. Sofia itu teka-teki berjalan. Pintar, manipulatif, dan punya dendam yang udah direndam selama 10 tahun.
Chemistry antara Penguin dan Sofia? Bukan chemistry romantis, tapi lebih kayak duel batin yang bikin tegang setiap kali mereka satu frame.
Gak ada pelukan. Gak ada rayuan. Yang ada cuma tatapan tajam, sindiran menusuk, dan strategi mematikan.
Milioti dan Farrell ibarat dua seniman psikologis yang lagi main catur berdarah.
Dan jangan lupa, ada karakter Victor seorang anak jalanan yang jadi semacam “Robin gagal” buat Penguin. Interaksi mereka kayak ayah-anak tiruan yang toxic tapi somehow menyentuh. Farrell dan Rhenzy Feliz (Victor) punya dinamika aneh yang bikin lo bisa ketawa sekaligus merasa kasihan.
Bukan Sekadar Serial Komik, Ini Karya Seni Gelap
Di tangan showrunner Lauren LeFranc, The Penguin berubah jadi gangster drama yang stylish, berani, dan penuh kejutan. Setting Gotham digambarkan kotor, gelap, dan kayak kota yang udah nyerah sama harapan. Tapi di tengah semua kehancuran itu, ada manusia-manusia yang masih haus kekuasaan. Dan itu yang bikin kita gak bisa berhenti nonton.
Farrell bukan sekadar tampil menakjubkan, dia literally "menghilang" ke dalam karakter Oswald. Tapi justru Milioti-lah yang mencuri perhatian. Cara dia mainin ekspresi, dari polos ke predatoris dalam hitungan detik, bikin karakter Sofia jadi semacam kutukan yang lo benci tapi gak bisa dilupakan. Serius, dia kayak Joker versi perempuan, tapi lebih halus dan psikologis.
Ada banyak hal yang bisa lo harapkan dari serial ini ada drama keluarga, duel psikologis, pengkhianatan berdarah, dan bahkan kilasan masa lalu yang bikin lo ngerti kenapa Penguin bisa jadi kayak sekarang.
Tapi jangan harap lo akan disuapi dengan moralitas hitam-putih. Semua karakter di sini abu-abu. "You still think there's good or bad, right or wrong. There ain't. Just this. Survival". Kata Oz di episode 3 saat ia menjelaskan pandangannya terhadap dunia. Dan justru itu yang bikin menarik.
"You still think there's good or bad, right or wrong. There ain't. Just this. Survival" - The Penguin
Kabar baiknya, The Penguin sukses besar. Tiap episodenya naik terus viewership-nya. Di Rotten Tomatoes? 100 persen mulus. Di IMDb? Gak ada yang di bawah 8.5. Finalenya sendiri dapat 9.6. Gokil.
The Penguin: Balas Dendam si Pengkhianat |
Worth Watching? 100% YES.
Gue gak akan bohong, beberapa bagian di awal masih kerasa klise. Kayak Penguin nonton film klasik terus tiba-tiba dapet pencerahan kriminal. Atau hubungan dia sama ibunya yang mirip banget sama Tony-Livia di The Sopranos. Tapi serial ini pinter banget ngebalik semua ekspektasi itu di paruh akhir episode.
Karakter Penguin awalnya kayak antihero generik, orang jahat dengan masa lalu kelam yang pengen diterima. Tapi makin lama, kita makin sadar: dia bukan pahlawan, bahkan bukan antihero. Dia cuma orang yang terlalu lama hidup di bawah, dan sekarang akhirnya nyicipin kekuasaan. Dan itu bikin dia bahaya.
Ending-nya? Bukan penutup manis, tapi lebih kayak cliffhanger yang bilang, "Lo belum liat apa-apa." Dan kalaupun ini cuma satu season, The Penguin tetap jadi salah satu drama kriminal paling menarik tahun 2024 kemarin.
Final Verdict
Kalau lo suka:
- Karakter kompleks dan morally grey
- Drama keluarga penuh dendam
- Akting kelas Oscar di serial TV
- Dunia Gotham tanpa terlalu banyak embel-embel superhero
maka The Penguin adalah tontonan wajib. Ini bukan fan-service buat pecinta komik. Ini film gangster berkedok serial DC. Dan itu justru kekuatannya.
Oz dengan kelicikan dan kepintarannya berbicara pada akhirnya berhasil mempengaruhi dan membuat para bawahan dan wakil-wakil geng yang senasib dengannya untuk melawan ketua gangster masing-masing.
Di adegan saat di bandara, para ketua geng dibunuh oleh para wakilnya dan menyisakan Sofia Gigante yang akan menjadi kambing hitam atas semua aksi brutalnya.
Dengan motif untuk balas dendam, Oz tidak membunuh Sofia, namun membiarkan polisi menangkap Sofia untuk memperburuk citra Sofia sebagai the Hangman, juga untuk memenuhi plot licik terakhirnya kepada seseorang politikus Kota Gotham.
The Penguin tetaplah The Penguin yang licik, kejam dan pengkhianat, ketika ia menjanjikan para wakil geng kejayaan atas namanya masing-masing, ia malah melenyapkan Victor yang selama ini membantunya. Pesan yang saya tangkap: jangan pernah berurusan dan mempercayai psikopat narsistik macam The Penguin.
- Colin Farrell (Oz Cobb)
- Cristin Milioti (Sofia Falcone)
- Rhenzy Feliz (Victor Aguilar)
- Theo Rossi (Dr. Julian Rush)
- David H. Holmes (Nick Fuchs)
- Myles Humphus (Dom Gigante)
So, siapin popcorn. Nyalain lampu kecil atau redupkan kamar. Dan selamat datang di Gotham, kota di mana penjahat bukan cuma menang... tapi juga bikin lo simpati.
Rating: 9/10 — Gritty, Gripping, Gotham at its Best.