Masih terbayang dalam kepala Kartini, teman Belanda masa kecilnya
bernama Letsy yang pernah bertanya sambil lalu: "Katakanlah Ni, kamu mau
jadi apa?" Kartini kecil terdiam tidak sanggup menjawab. Lalu ia
bertanya pada ayahnya dan ayahnya cuma tertawa. Akhirnya, sang kakak
menjawab: "Harus jadi apakah gadis-gadis? Ya jadi Raden Ayu, tentu
saja!"
Sejak itu Kartini tahu ia harus jadi apa. Ia akan memberontak
ke-Raden Ayu-annya: adat berabad yang memaksa gadis-gadis untuk kawin
tanpa pernah sempat bertanya apa, siapa, dan bagaimana.
...Kami akan menggoncangkannya, Ibu sayang, dengan segala
kekuatan walaupun yang akan runtuh cuma satu butir batu saja, maka kami
akan merasa bahwa hidup kami tidak sia-sia...
(Surat Kartini kepada Ny. MCE Ovink-Soer awal tahun1900)
----------------- Kutipan dari Blognya Mas Ronny.
Saya ingat pernah ada joke begini: "apa persamaan RA Kartini dan Imam Bonjol?. Jawabannya ngeyel, karena jawabannya: RA Kartini dan Imam Bonjol sama-sama tidak punya HP. *maaf yah, ini gak bermaksud mendeskreditkan para pahlawan tersebut, tapi joke ini memang pernah saya baca dan dengar.
Joke ini saya ingat karena kata kunci HP. Di jaman RA Kartini tentu saja belum ada HP apalagi smartphone yang sudah multifungsi dengan segala fasilitasnya, tapi RA Kartini mempunyai ide, semangat, buah pikiran yang mengalir melalui surat-suratnya dan kemudian dibukukan menjadi buku Habis Gelap Terbitlah Terang.
Saya terus terang saja belum pernah membaca buku "Habis Gelap Terbitlah Terang", saya juga tidak terlalu mengerti sejarah hidup RA Kartini. Untuk kembali mempelajari sejarah RA Kartini dan membaca buku "Habis Gelap Terbitlah Terang" yang menurut informasi lumayan tebal tentu iming-iming iPad atau hadiah mobil belum tentu bisa menarik minat saya, tapi rasanya cukup sepadan :).
Hari Kartini
21 April sebentar lagi datang, Hari Kartini akan dilaksanakan dengan berbagai acara, mulai dari anak-anak TK sampai SMP yang tiba-tiba saja berdandan layaknya wanita dewasa, berpakaian adat khususnya adat Jawa dengan konde dan kebayanya, padahal belum tentu juga si anak keturunan jawa, tapi biarlah, namanya juga anak-anak, apapun pasti seru jadinya, kalau tidak pernah jadi anak-anak atau lupa rasanya menjadi anak-anak yah memang susah untuk memahaminya. :)
Untuk non pelajar, mahasiswa, profesional muda dan tua juga akan kebagian jatah partisipasi, ada kegiatan seminar, lokakarya, dan segala bentuk acara yang mengangkat satu tema, KARTINI.
Di kalangan dunia digital, web, blog, microblogging, social media, dan apapun bentuknya tentu juga tidak kalah ramai, lomba postingan blog seperti yang saya usahakan untuk ikuti ini pasti akan menjamur, dengan bantuan sponsor ataupun tidak, lomba apapun itu pokoknya berpartisipasi guna memperingati Hari Kartini.
Selepas tanggal 21 April bagaimana?
Kartini Digital
Kutipan di atas sengaja saya tebalkan kata SURAT, dengan surat apa yang kita pikirkan akan melintasi jarak dan waktu, ide-ide dan hasil pikiran akan tersimpan dan terdokumentasikan dengan baik jika saja surat itu dipelihara keadaannya. Itu jaman Kartini, bagaimana dengan jaman sekarang?. Surat sudah tergantikan e-mail, sms, chating, dan bentuk komunikasi digital lainnya. The world is flat, dengan kemajuan tekhnologi, jarak dan waktu bukan lagi hambatan untuk berkomunikasi secara langsung, real time!. Untuk menuangkan pikiran, ide dan lain sebagainya Kartini jaman sekarang sudah memiliki amat-sangat-banyak wadah pilihan, mulai dari blog, catatan atau diary online, jurnal online yang dapat di akses umum, social media yang menyediakan dokumentasi arsip yang baik dan berbagai sarana lainnya.
Jika Kartini hidup dimasanya dengan segala fasilitas seperti ini, kira-kira apa yang akan dilakukan Kartini?Memajang foto narsis di facebooknya? twiiting status lebay perdetik? mengabadikan makian di blog? mencari pacar di chatroom atau social media lainnya?
Itulah bedanya!, RA Kartini memiliki ide, semangat, buah pikiran yang dapat menembus keterbatasan wadah, walau hanya dengan surat, apa yang Kartini komunikasikan adalah ide yang tidak akan pernah mati.
Belukar digital sesak dengan sampah informasi, belum lagi sampah-sampah sumbangan saya. Sampah digital harusnya diimbangi, kalau perlu dimarginalkan dengan konten
positif berupa gagasan dan ide yang mendidik dan mencerahkan. Adakah melati diantara belukar itu? adakah mutiara di hamparan sampah itu? pantaskah saya memanggil dia sebagai Kartini Digital di antara belukar dan sampah informasi yang membanjiri digital media saat ini?.
Pantas atau tidak menurut saya itu subyektif, saya rasa pantas-pantas saja saya menyebut para blogger, wartawan, seniman, profesional, pelajar, mahasiswa dan seterusnya yang aktif menyumbang konten positif di dunia digital sebagai pahlawan digital. Kalau mau disebut Kartini berarti harus perempuan dong? apakah ini bukan sebentuk diskriminasi? :D
Untuk kategori perempuan, supaya cocok disebut Kartini Digital saya mengenal sosok perempuan yang aktif dalam tulis menulis melalui blog dan web-nya. Walaupun saya rada gak setuju dengan tag line "Perempuan Indonesa Bicara" di web beliau, tapi konsistensi tema artikel yang menyuarakan banyak hal tentang ketidakadilan dari sudut pandang perempuan dipostingannya membuat saya harus mengakui bahwa beliau cocok disebut Kartini Digital, setidaknya dari sudut pandang saya yang kadar subyektifitasnya amat sangat tinggi :)
Silahkan mampir di http://www.risaamrikasari.com/ dan perhatikan semangat yang dikomunikasikan dalam setiap artikelnya, bagi perempuan mungkin akan menemukan oase yang dapat menyejukkan, bagi para pria mungkin artikel-artikelnya akan mengguncangkan, seperti kutipan sumpah RA Kartini di atas:
...Kami akan menggoncangkannya, Ibu sayang, dengan segala
kekuatan walaupun yang akan runtuh cuma satu butir batu saja, maka kami
akan merasa bahwa hidup kami tidak sia-sia...
Untuk mengenal lebih dekat siapa perempuan dibalik web tersebut silahkan berkenalan dengan beliau melalui twitter @RisaHart atau melalui facebooknya (*beliau cukup selektif untuk menerima teman di Facebook).
***
So, apakah artikel postingan ini akan diikut sertakan pada lomba Kartini Digital 2011?
Sayangnya Syarat dan Ketentuan Umum point 2 tidak dapat saya penuhi, yaitu: Peserta merupakan pelanggan XL. Karena, di tempat domisili dimana saya berada sekarang, di Maumere-Flores-NTT yang juga masih Indonesia, tidak ada jaringan XL. Kalau di Kupang (ibu Kota Provinsi NTT) yah, XL ada.
Kenapa saya tidak berbohong saja dan mengaku tinggal di Kupang atau Makassar yang ada jaringan XL?
Hmmmm.... rasanya saya belum cukup sinting untuk melakukan itu :)
Biar saja, mudah-mudahan nanti pihak XL akan melebarkan sayap layanannya hingga menjangkau Flores, bukankah itu lebih baik? karena saya juga butuh layanan XL yang katanya sih bagus hehehe *gombalin XL, barangkali saja luluh hatinya hehehe
Ok brur n ses, sekian saja catatan saya mengenai Kartini Digital, Walau belum tanggal 21, yah saya ucapkan Selamat Hari Kartini, kapan saja dan dimana saja.
Salam