OTT adalah singkatan dari Over The Top, Wikipedia sendiri menjelaskan sebagai berikut:
"Over-The-Top Content (OTT) means Broadband Delivery of Video and Audio without the Internet Service Provider being involved in the control or distribution of the content itself."
OTT itu siapa saja? untuk mudahnya OTT itu Google, Microsoft, Apple, Yahoo, Facebook, Research In Motion dst. Produk mereka yang membuat operator seluler galau yaitu aplikasi chating, messaging dst melalui internet.
Pelanggan telekomunikasi seluler lebih mudah dan cepat mengakses internet, condong beralih ke layanan messaging yang disediakan OTT seperti Whatsapp, BlackBerry Messenger, Skype, Line, Yahoo Messenger, Viber, Tango, Gtalk, Facebook, Twitter dlsb. Alhasil banyak uang devisa yang mengalir ke luar negeri karena kebanyakan OTT berbasis di luar negeri.
Ngapain SMS kalau dengan chating bisa berkomunikasi realtime, ngapain nelpon kalau bisa voice chat :)
Artinya, keuntungan provider telekomunikasi dalam negeri mulai berkurang baik pendapatan melalui pulsa panggilan, SMS dlsb.
Chat melalui teks, suara dan video call kini bisa dilakukan melalui aplikasi yang disediakan OTT, operator seluler hanya mendapatkan penghasilan dari biaya koneksi, sedangkan core bisnis mereka mulai sekarat tergerus aplikasi OTT.
Kegelisahan operator seluler terungkap dari Diskusi akhir Tahun 2012 "OTT, Friend or Foe?" atau "Over the Top, Kawan atau Lawan?" yang diselenggarakan media bisnis telematika IndoTelko di Balai Kartini Jakarta, Selasa (18/12/2012).
Picture from Kompas |
Asosiasi Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) pada kesempatan tersebut menyarankan operator untuk memperhatikan tiga hal dalam menghadapi tantangan dari pemain Over The Top. Harapannya para operator bisa menumbuhkan OTT lokal dan tetap berkolaborasi dengan OTT global.
Saran berikutnya adalah diperlukan adanya kesamaan visi antara regulator dan operator untuk membangun ekosistem DNA. Misalnya dengan insentif pajak, memberi kemudahan dalam regulasi dan bantuan pada OTT lokal dengan harapan menumbuhkan OTT dalam negeri.
Anggota komite Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), Nonot Harsono, menegaskan agar para operator harus mempunyai kebijakan khusus kepada OTT lokal agar dominasi tidak terus berada pada OTT global.
_________
Saya jadi ingat Koprol, sebuah aplikasi social media / jejaring sosial berbasis lokasi buatan dalam negeri yang dibeli Yahoo tahun 2010 lalu, namun sekarang Koprol Yahoo sudah mati. Satya Witoelar, sang pendiri Koprol menyatakan tidak tahu akan kelanjutan Koprol:
Picture from Kompas |
__________
Berdasarkan Pasal 17 Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2012 disebutkan setiap penyedia sistem elektronik untuk layanan publik harus menyediakan data center dan disaster recovery center di Indonesia. Nah jika OTT luar negeri tidak mematuhi bagaimana? apa sanksinya? :)
Kalau tidak bisa tegas jangan membuat peraturan, yang terjadi nanti hanya pelecehaan peraturan, apa gak malu? hehehe... Apa kata dunia? *Nagabonar mode*
__________
So, aplikasi OTT seperti apakah yang akan muncul dari kegalauan operator seluler ini?
Apakah OTT lokal akan kembali dibeli pemain OTT luar untuk dimatikan setelah 1-2 tahun berikutnya?
Saya hanya user, sepenuhnya akan mendukung OTT lokal, gak usah bicara soal nasionalisme jauh-jauh, logikanya, jika perusahaan lokal yang diuntungkan, para pekerja diperusahaan tersebut akan lebih terjamin dst... mungkin gaji mereka akan naik, daya beli akan naik, akan ada lowongan baru, saya atau teman saya bisa melamar kerja disana hehehe...*ngarep*
Intinya, dengan mendukung OTT lokal ataupun prdouk lokal apapun, saya akan merasakan manfaatnya secara tidak langsung.
BTW, tidak ada larangan untuk menggunakan aplikasi milik OTT luar negeri seperti BlackBerry Messenger yang sekarang juga sudah bisa voice chat dengan BBM 7 via wifi, Whatsapp, Skype, Line, Yahoo Messenger, Viber, Tango, Gtalk dlsb, tapi kalau ada aplikasi dalam negeri pastilah saya dukung, bagaimana dengan kamu? ada pendapat lain? :)
salam