Deretan pohon Jati yang meranggas menggugurkan daunnya di wilayah Kecamatan Tepus Gunung Kidul pantai selatan D.I. Jogjakarta. Diantara pepohonan jati, terlihat di kejauhan bongkahan batu karang ukuran besar di perbukitan-perbukitan sepanjang jalan menuju pantai.
Pantai ini sudah lama terkenal dengan tebing karang dan bongkahan karang unik yang tersebar di bibir pantai. Tak jauh pula dari Pantai Siung yang tebingnya telah dikenal para pemanjat tebing nasional maupun regional.
Awalnya tempat ini berupa hutan. Penduduk mendapat hak kavling tanah berstatus Sultan Ground, seluas sembilan kavling dengan panjang 79 meter dan lebar 12 meter dibeli dari penduduk oleh Arif Rahman yang bertekad merintis usaha resort dan cafe.
Awalnya tempat ini berupa hutan. Penduduk mendapat hak kavling tanah berstatus Sultan Ground, seluas sembilan kavling dengan panjang 79 meter dan lebar 12 meter dibeli dari penduduk oleh Arif Rahman yang bertekad merintis usaha resort dan cafe.
Berawal Mei tahun 2009, Keluarga Arif Rahman (Mas Arif) dan Ratna Indrayanti (Mbak Ana) merintis Rumah Makan (Restaurant & Cafe) “Indrayanti” di bibir pantai Pantai Pulang Sawal (Pantai Pulsa) di sebelah timur Pantai Sundak kecamatan Tepus kabupaten Gunungkidul. Resto & Cafe tersebut dinamakan sesuai nama belakang sang istri yang menurut Mas Arif sebagai tanda cinta kepada istrinya.
Konon katanya, dahulu sebelum ada Restoran & Cafe Indrayanti, pesisir Pantai Pulang Sawal (Pantai Pulsa) terlihat kotor dan kumuh. Walaupun pantainya berpasir putih, namun banyaknya sampah yang berserakan di sepanjang pantai merusak keindahan pantai. Arif Rahman berinisiatif mengajak warga sekitar untuk melakukan pembersihan pantai, membuat kantong sampah, dan menata pantai hingga tertata rapih dan indah secara bertahap.
Pantai Indrayanti cukup terkenal, sehingga perlu perencanaan yang matang jika merencanakan liburan di tempat indah ini. Menurut informasi milis dan internet situasi saat weekend dan musim liburan, akan banyak pengunjung yang datang dari berbagai kota dengan mobil pribadi ataupun bus. Mungkin akses ke Pantai Indrayanti perlu peremajaan sehingga tidak menimbulkan kemacetan saat liburan.
Yang mengherankan adalah pernyataan Pemda: "Keberadaan pantai Indrayanti yang dibuka oleh pihak swasta menyalahi aturan karena tidak memiliki izin dan harus ditutup," kata Kepala Bidang Promosi dan Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Gunung Kidul, Supriyadi, di Wonosari, Gunung Kidul.
Menurut yang saya pahami, keluarga Mas Arif dan Mbak Ratna ini tidak memberi nama pantai itu sebagai Pantai Indrayanti, Mas Arif membuat Restoran dengan nama Indrayanti, sesuai dengan nama belakang istrinya. Namun kemudian masyarakat di sana menyebut pantai itu sebagai Pantai Indrayanti adalah sebagai penunjuk lokasi pantai di sekitar Restoran Indrayanti.
Nama Pantai Indrayanti sendiri tidak menjadi masalah besar bagi masyarakat sekitar, toh itu hanya sebutan tidak resmi, jika nama resminya Pantai Pulsa apa pula pengaruhnya untuk masyarakat sekitar? sepanjang masyarakat tahu bahwa nama-nama itu menunjukkan sebuah lokasi pantai.
Nama Pantai Indrayanti sendiri tidak menjadi masalah besar bagi masyarakat sekitar, toh itu hanya sebutan tidak resmi, jika nama resminya Pantai Pulsa apa pula pengaruhnya untuk masyarakat sekitar? sepanjang masyarakat tahu bahwa nama-nama itu menunjukkan sebuah lokasi pantai.
Hal seperti ini juga terjadi di Makassar, dekat Pantai Losari, daerah tanjung bunga ada lokasi yang disebut sebagai Pantai Akkarena, Pantai tersebut sebenarnya sejak dahulu dikenal sebagai daerah Tanjung Bunga, namun setelah dibuat semacam wahana bermain bernama Akkarena, masyarakat akhirnya lebih mengenal wilayah tersebut sebagai Pantai Akkarena.
Siapakah yang memberi nama pantai tersebut? pengembang wahana bermain Akkarena atau masyarakat?
Siapakah yang memberi nama pantai tersebut? pengembang wahana bermain Akkarena atau masyarakat?
Saya kira demikian pula dengan Pantai Indrayanti. Tidak fair jika orang berpikir bahwa adalah keinginan keluarga Mas Arif dan Mbak Ana mengganti nama Pantai Pulang Sawal itu sebagai Pantai Indrayanti dengan tendensi privatisasi pantai.
Kenyataan dan faktanya masyarakat menamai wilayah sekitar Restoran Indrayanti sebagai Pantai Indrayanti karena banyak faktor, mungkin ketidaktahuan akan nama sebenarnya pantai itu dan kemudian untuk memudahkan menunjukkan lokasi digunakanlah nama cafe yang ada di sana.
Atau alasan lain, yang pasti tidak ada niat dan keinginan keluarga Mas Arif untuk mengubah nama pantai itu sejak awal. Apapun sebabnya nama Pantai Indrayanti sudah terlanjur lebih terkenal daripada nama aslinya. Jikapun akhirnya ia menggunakan nama Pantai Indrayanti, itupun karena masyarakat lebih mengenal nama itu untuk lokasi tersebut.
Kenyataan dan faktanya masyarakat menamai wilayah sekitar Restoran Indrayanti sebagai Pantai Indrayanti karena banyak faktor, mungkin ketidaktahuan akan nama sebenarnya pantai itu dan kemudian untuk memudahkan menunjukkan lokasi digunakanlah nama cafe yang ada di sana.
Atau alasan lain, yang pasti tidak ada niat dan keinginan keluarga Mas Arif untuk mengubah nama pantai itu sejak awal. Apapun sebabnya nama Pantai Indrayanti sudah terlanjur lebih terkenal daripada nama aslinya. Jikapun akhirnya ia menggunakan nama Pantai Indrayanti, itupun karena masyarakat lebih mengenal nama itu untuk lokasi tersebut.
Saya kira polemik nama dan asal-usulnya ini tidak perlu dibesar-besarkan, jika Pemda benar-benar ingin mengembangkan pariwisata pantai dan memberdayakan masyarakat, apa salahnya jika Pemda Gunung Kidul menggandeng pihak manapun yang sudah jelas komitmennya untuk membangun di daerah tersebut.
Adalah aneh, jika sebelum Kafe Indrayanti berdiri wilayah pantai itu ditelantarkan, namun sesudah terkenal justru ingin menggusur perintis kegiatan wisata hanya karena nama pantai berubah menjadi nama kafe/restoran dan tentu saja alasan perijinan-perijinan ala birokrasi.
Adalah aneh, jika sebelum Kafe Indrayanti berdiri wilayah pantai itu ditelantarkan, namun sesudah terkenal justru ingin menggusur perintis kegiatan wisata hanya karena nama pantai berubah menjadi nama kafe/restoran dan tentu saja alasan perijinan-perijinan ala birokrasi.
Patut dipertanyakan, apakah Pemda akan tetap menggunakan nama Pantai Indrayanti jika sudah berhasil menutup cafe resto Indrayanti?
Kepada siapakah Pemda akan memberi hak kelola pantai jika Kafe Resto Indrayanti akhirnya ditutup dan dikembalikan seperti sebelum kafe tersebut berdiri?
Kepada siapakah Pemda akan memberi hak kelola pantai jika Kafe Resto Indrayanti akhirnya ditutup dan dikembalikan seperti sebelum kafe tersebut berdiri?
Saya tidak yakin inisiatif atau ide ingin menutup Kafe Indrayanti adalah murni keinginan Pemda (suudzon), kemungkinan besar ada pihak swasta bermodal besar yang ingin mengambil keuntungan dari kepopuleran Pantai Indrayanti tanpa mau menghargai jasa keluarga Mas Arif dan masyarakat sekitar pantai.
Jika saja saya adalah masyarakat setempat, saya akan menolak rencana pemda menutup cafe resto indrayanti, tidak ada jaminan bahwa pengusaha swasta yang akan menggantikan pasti akan lebih baik dari keluarga Mas Arif.
Jika saja saya adalah masyarakat setempat, saya akan menolak rencana pemda menutup cafe resto indrayanti, tidak ada jaminan bahwa pengusaha swasta yang akan menggantikan pasti akan lebih baik dari keluarga Mas Arif.
Pada akhirnya saya hanya dapat berdoa, alih-alih Pemda mau menutup Pantai Indrayanti yang sudah terkenal ini semoga Pemda akan memberi penghargaan kepada keluarga Mas Arif dengan memberi nama pantai itu sebagai Pantai Indrayanti sebagaimana lebih dikenal masyarakat luas.
Itu sih pendapat saya, bagaimana pendapat Anda?