Kata "wanita cantik" sudah semakin menyatu padu, direduksi hanya menjadi satu makna, apalagi dengan gencarnya iklan kosmetik, sabun, shampo dan sebagainya yang mungkin 20 tahun lalu dianggap biasa-biasa saja tapi sekarang?.
Media khususnya televisi mengomunikasikan bahwa tanpa produk tersebut maka anda tidak akan menjadi "wanita cantik".
Mumpung lagi semangat posting, iseng-iseng pengen sharing tentang opini SOTOY soal wanita cantik. Ini gara-gara twit Bro Nanda Gultom soal wanita cantik. Saya gak ahli dalam urusan membahas wanita apalagi digabung dengan kata cantik, butuh ahli kecantikan untuk membahasnya hehehe, whatever-lah, lets rock n roll.
Ditilik dari etimologi dalam kamus sotoy, kata wanita cantik ini dua kata yang masing-masing berdiri sendiri, wanita itu merujuk kepada perempuan yang sudah dewasa, katanya sih berasal dari singkatan Wani ditoto dalam bahasa Jawa. Cantik sendiri lebih ke kata sifat yang relatif, dari sifat relatif ini membuka banyak peluang untuk didefinisikan dengan berbagai cara. Masing-masing definisi memiliki misi terkait latar belakangnya. Cantik menurut profesi tertentu bisa berbeda namun tetap memiliki unsur sifat yang sama seperti: tidak bercacat, menarik, menyenangkan dan seterusnya.
Saya pernah dinasehati saudara saya, perempuan itu musti dilihat luar dalam (lupa bahasa asli dan bahasa Bugisnya). intinya kalau bahasa sekarang perempuan itu jangan cuma liat chasingnya, perwujudan dan ruhnya haruslah perempuan. Awalnya saya pikir ini nasehat agak bersifat klenik tapi semakin lama saya semakin paham. Perempuan yang kau pilih sebagai istri itu adalah pasangan hidup yang hanya akan dipisahkan oleh kematian, bahasa Bugisnya ”kuburu’pa pa’saranngi” (hanya kubur yang akan memisahkan). Nasehat itu khusus untuk urusan dalam membina rumah tangga sih :)
Nah sekarang saya sudah menikah, bagaimana saya mendefiniskan perempuan yang bukan sebagai calon istri? gak ada tips khusus, biasa saja, perempuan juga manusia biasa seperti juga laki-laki, masing-masing membawa misi sosialnya sendiri, tidak ada salahnya seorang perempuan berdandan untuk terlihat cantik, tidak ada salahnya pula lelaki memuji (baik terbuka atau diam-diam) kecantikan teman perempuannya. Nothing personal tentunya :)
Lelaki bugis memiliki falsafah tellu cappa (3 ujung) yang wajib dijaga, hal ini senantiasa mewarnai kehidupan, apa sih 3 ujung itu? 1. Ujung lidah, 2. Ujung alat kelamin dan 3. Ujung badik. falsafah ini sudah mendarah daging, khusus untuk point ke-2 itu terkait sama wanita cantik. banyak yang enggan membahas falsafah yang kedua ini, banyak yang menjelaskan bahwa perkawinan adalah semacam negosiasi atau pilihan kedua setelah pembicaraan (ujung lidah) tidak menghasilkan jalan keluar. Itu memang ada benarnya namun dalam pergaulan sehari-hari makna menjaga kemaluan terkait hubungan lelaki-perempuan ini juga penting untuk dijabarkan lebih luas, bukankah di Sulawesi "mengganggu" istri orang atau gagal menjaga point kedua bisa berujung kematian?
Kembali ke masalah wanita + cantik, padanan dua kata ini begitu sempurna sehingga sering juga menjadi kelemahan bagi lelaki tertentu. Nah disini saya melihat keutamaan falsafah tellu cappa point ke-2. Janganlah ketidak mampuan menjaga birahi diri sendiri dilimpahkan kepada pihak lain. Janganlah seperti lelaki-lelaki pemerkosa yang meletakkan kesalahan mereka pada korban.
So, kesimpulannya apa? wanita cantik itu adalah lawan sempurna untuk kata lelaki gagah, masing-masing eksis setara. Definisi terserah anda, tapi jangan biarkan iklan di televisi dan media-media itu mendikte anda tentang konsep wanita cantik dan lelaki gagah. Cantik dan gagah yang berpegang hanya pada kosmetik itu lemah, hanya mengandalkan kosmetik, semu... absurd... seabsurd tulisan saya sore ini :D
Met weekend yah.