Engau gadis muda remaja
Bagai sekuntum melati
Engkau sumbangkan Jiwa raga
Di tapal batas Bekasi
Engkau dinamakan Srikandi
Pendekar putri sejati
Engkau turut jejak pemuda
Turut mengawal negara
Oh pendekar putri nan cantik
Dengarlah panggilan ibu
Sawah ladang rindu menanti
Akan sumbangan baktimu
Duhai putri muda remaja
Suntingan kampung halaman
Kembali kepangkuan Bunda
Berbakti
Lirik lagu ini dengan mudah dapat dipahami, kalaupun ada yang perlu penjelasan lagi... mungkin nama Srikandi, siapa Srikandi? nama Srikandi dapat merujuk kepada salah satu dari 5 istri Arjuna yang merupakan perempuan prajurit dan piawai menggunakan panah serta berhasil mengalahkan Bisma (pemimpin perang dari kubu Kurawa) dalam perang Bharatayudha di Kurusetra. Ada versi lain bahwa yang mengalahkan Bisma adalah Arjuna yang dibantu dengan kehadiran Srikandi dst.
Walau gak sepenuhnya setuju, ini salah satu pendapat mengenai makna lagu ini, saya capture dari Yahoo Answer:
Walau gak sepenuhnya setuju, ini salah satu pendapat mengenai makna lagu ini, saya capture dari Yahoo Answer:
Lain lagi makna yang saya dapat dalam buku: Dekonstruksi Seksualitas Poskolonial: Dari Wacana Bangsa Hingga Wacana Agama oleh Moh Yasir Alimi, halaman 74.
Adapun menurut Encyclopedia Jakarta lagu Melati Di Tapal Batas diciptakan oleh Ismail Marzuki dan Suto Iskandar adalah untuk memenuhi permintaan Moeffreni Moekmin (Komandan Resimen V).
Kalau benar "Syairnya menyadarkan para pemudi agar jangan semua terjun di daerah pertempuran" ini justru menunjukkan darah juang yang sangat heroik warga Bekasi, baik pemuda ataupun pemudi bahu membahu membuat wilayah Bekasi dikenal sebagai Kota Patriot. Jika lagu ini benar merupakan himbauan agar sebagian pemudi kembali ke sawah ladang juga membenarkan fakta bahwa Bekasi dahulu juga merupakan lumbung perbekalan logistik pejuang kemerdekaan.
Ismail Marzuki adalah salah satu Pahlawan Nasional karena kepiawaiannya menciptakan lagu, ia komposer besar Indonesia yang telah menciptakan lagu-lagu Patriotik, antara lain Rayuan Pulau Kelapa, Gugur Bunga, Aryati, Juwita Malam, Sepasang Mata Bola, Indonesia Pusaka dan lain sebagainya.
Kalo menurut saya sih, lagu ini merupakan dokumentasi betapa perempuan, pemudi Bekasi tidak kalah patriotiknya dengan pejuang lelakinya, mereka sama-sama garang di garis depan, mereka Srikandi perang kemerdekaan yang tidak dibatasi gender. Kalaupun gugur... mereka adalah Melati yang gugur untuk keharuman negaranya.
Menarik untuk melihat kembali kultur kesetaraan gender masyarakat Bekasi kala itu. Bait akhir lagu ini merayu para Srikandi Bekasi untuk kembali ke rumah, ke sawah ladang atau berjuang di garis belakang yang juga tidak kalah pentingnya. Ini bukan bicara soal adanya diskriminasi peranan pria dan wanita, ini bicara taktik pertempuran yang diambil oleh pemimpin saat itu sehingga lahirlah lagu ini.
Soal jiwa patriotik perempuan Bekasi tidak perlu disangsikan, hanya saja kenyataan saat ini justru menempatkan perempuan-perempuan hebat ini di garis depan industrialisasi Bekasi, menjadi bagian dari mesin dan beradaptasi dengan jadwal mesin produksi bekerja hingga shift malam. Inikah bentuk emansipasi?
Lalu siapakah nanti yang akan merayu para Srikandi ini agar percaya bahwa mendidik generasi berkualitas dengan kasih sayang dan kelembutan seorang ibu adalah sama pentingnya dengan profesi-profesi di garis depan?
Mungkin para pemuda Bekasi yang harus merayu para Srikandi ini, jika jaminan kehidupan yang layak sudah dapat dipenuhi oleh para pemuda yang kelak mempersunting para Srikandi ini, mungkin dengan rasa kasih sayangnya, dengan kesadaran tinggi akan strategi perang dalam kehidupannya, para Srikandi akan lebih memilih berjuang di garis belakang, menopang perjuangan sang suami, mendedikasikan perjuangannya demi generasi baru yang lebih menghebatkan dirinya, keluarganya..... "Di balik Kesuksesan seorang Pria, pasti ada wanita hebat di belakangnya".
Mungkin.....
"Syairnya menyadarkan para pemudi agar jangan semua terjun di daerah pertempuran karena garis belakang masih banyak yang bisa dikerjakan. Hal ini dilakukan karena pada saat Itu para pemudi yang masih sangat muda-muda turut mengangkat senjata berjuang di garis depan berdampingan dengan kaum laki-laki.
Lagu ini sangat cepat populer di kalangan pejuang di front timur Jakarta. Para pemudi pun sadar bahwa berjuang tidak selalu harus di garis depan memanggul senjata.
Syair lagu ini merupakan acuan sejarah tentang bakti dan andil kaum perempuan Indonesia di dalam kancah peperangan membela Tanah Air. Karya ini merupakan sebuah reportase tentang kehadiran serta peran gadis-gadis muda yang tampil heroik di tapal batas Kota Bekasi."
Kalau benar "Syairnya menyadarkan para pemudi agar jangan semua terjun di daerah pertempuran" ini justru menunjukkan darah juang yang sangat heroik warga Bekasi, baik pemuda ataupun pemudi bahu membahu membuat wilayah Bekasi dikenal sebagai Kota Patriot. Jika lagu ini benar merupakan himbauan agar sebagian pemudi kembali ke sawah ladang juga membenarkan fakta bahwa Bekasi dahulu juga merupakan lumbung perbekalan logistik pejuang kemerdekaan.
Ismail Marzuki adalah salah satu Pahlawan Nasional karena kepiawaiannya menciptakan lagu, ia komposer besar Indonesia yang telah menciptakan lagu-lagu Patriotik, antara lain Rayuan Pulau Kelapa, Gugur Bunga, Aryati, Juwita Malam, Sepasang Mata Bola, Indonesia Pusaka dan lain sebagainya.
Kalo menurut saya sih, lagu ini merupakan dokumentasi betapa perempuan, pemudi Bekasi tidak kalah patriotiknya dengan pejuang lelakinya, mereka sama-sama garang di garis depan, mereka Srikandi perang kemerdekaan yang tidak dibatasi gender. Kalaupun gugur... mereka adalah Melati yang gugur untuk keharuman negaranya.
Menarik untuk melihat kembali kultur kesetaraan gender masyarakat Bekasi kala itu. Bait akhir lagu ini merayu para Srikandi Bekasi untuk kembali ke rumah, ke sawah ladang atau berjuang di garis belakang yang juga tidak kalah pentingnya. Ini bukan bicara soal adanya diskriminasi peranan pria dan wanita, ini bicara taktik pertempuran yang diambil oleh pemimpin saat itu sehingga lahirlah lagu ini.
Soal jiwa patriotik perempuan Bekasi tidak perlu disangsikan, hanya saja kenyataan saat ini justru menempatkan perempuan-perempuan hebat ini di garis depan industrialisasi Bekasi, menjadi bagian dari mesin dan beradaptasi dengan jadwal mesin produksi bekerja hingga shift malam. Inikah bentuk emansipasi?
Lalu siapakah nanti yang akan merayu para Srikandi ini agar percaya bahwa mendidik generasi berkualitas dengan kasih sayang dan kelembutan seorang ibu adalah sama pentingnya dengan profesi-profesi di garis depan?
Mungkin para pemuda Bekasi yang harus merayu para Srikandi ini, jika jaminan kehidupan yang layak sudah dapat dipenuhi oleh para pemuda yang kelak mempersunting para Srikandi ini, mungkin dengan rasa kasih sayangnya, dengan kesadaran tinggi akan strategi perang dalam kehidupannya, para Srikandi akan lebih memilih berjuang di garis belakang, menopang perjuangan sang suami, mendedikasikan perjuangannya demi generasi baru yang lebih menghebatkan dirinya, keluarganya..... "Di balik Kesuksesan seorang Pria, pasti ada wanita hebat di belakangnya".
Mungkin.....
Ref: