Ad Maiorem Dei Gloriam... sebuah kalimat dalam bahasa Latin, artinya adalah: "Untuk Keagungan Tuhan Yang Lebih Besar." Lebih jelas baca aja di Wikipedia.
Saya menjadi akrab dengan kalimat semboyan di atas bukan dalam hal spiritual atau apalah yang berkaitan dengan kehidupan religius. Kalimat di atas tanpa spasi adalah password file-file kompresi dari film-film yang saya unduh dari internet. Tapi makna kalimat itu memang menarik bagi saya.
Untuk Keagungan Tuhan Yang Lebih Besar... mungkin kalau dalam islam pekik takbir akan bermakna sama. Mungkin kalimat tahlil juga bermakna sama, mengagungkan Dia, mensucikan Dia. Kalimat takbir, tahlil, tahmid dst dalam islam sendiri disebut zikir.
Selain Zikir lisan ada Zikir Fisik/Fa'il/Praktek (shalat, Puasa dlsb), Lalu Zikir Lisan/Verbal yang mencakup tahmid, takbir dlsb, lalu Zikir Qalbu... soal zikir qalbu ini rahasia pribadi dengan Tuhan, ya hanya Anda yang tahu soal ini, bisa saja kalimat-kalimatnya sama seperti zikir lisan.
Zikir sendiri dari arti bahasa artinya mengingat Allah:
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS ar-Ra’du:28).
Soal hati tentram, damai ini menjadi luas jika bahasannya dikaitkan dengan "berdamai dengan diri sendiri" yang tadi pagi sempat saya twit. Saya sering mengucapkan Mantra Hoonopono, mantra itu hanya 4 kalimat berbahasa Inggris “I’m sorry”, “Please forgive me”, “I love you”, dan “Thank you”. Agak canggung mempraktekkannya karena saya sedang berbicara dengan diri sendiri dengan Bahasa Inggris, karena mantra tersebut utamanya diucapkan pada diri sendiri: "Saya menyesal, Maafkan saya, Saya cinta kamu, Terimakasih". Kalimat itu lebih akrab jika saya mengucapkannya dalam Bahasa Indonesia untuk lebih mendalami maknanya.
Memahami keterbatasan, kelemahan, ketidakmampuan dalam beberapa hal justru melepaskan energi negatif yang bermuara pada pengagungan sesuatu kekuatan yang lebih besar, lebih suci, yah kepada Allah Sang Maha Pengasih, saya kira sejalan dengan kalimat "Untuk Keagungan Tuhan Yang Lebih Besar".
Zikir mengingatkan kita kepada-Nya.
Allahu Akbar, Allah Maha Besar dari segala sesuatu, ego saya, masalah saya adalah kecil dihadapan-Nya.
Astagfirullah, Maafkan hamba-Mu yang lemah dan tak berdaya ini Ya Allah Penguasa Hari Pembalasan.
Alhamdulillah, takkan cukup segala pujian yang hamba tahu dan ucapkan untuk memuji-Mu, namun demikian izinkan hamba memuji-Mu dengan keterbatasan ini Ya Allah Tuhan Semesta Alam.
La ilaha ilallah, hanya Engkau yang kucinta, tak ada yang lain selain Engkau yang selalu bertahta dalam hidup hamba.
Kalimat-kalimat zikir, mantra, sugesti pada akhirnya hanya kalimat yang tak akan dapat merubah apapun jika tanpa pengkondisian dari dalam diri kita sendiri. Tanpa menerima fakta diri kita, merendah dihadapan Keagungan dan Kebesaran-Nya berdamai dengan diri sendiri sepertinya hanya harapan semu.
Bagi saya Mantra Hoonopono berfungsi sama dengan zikir, mendekatkan pada sumber kekuatan yang tak pernah akan habis untuk memotivasi kehidupan, energi kebaikan yang damai dan sejuk.
Alhamdulillah, saya bersyukur karena saya tak lagi perlu menyalahkan orang lain atas apa yang saya alami. Alhamdulillah untuk hidup yang telah memberi begitu banyak keajaiban dengan caranya sendiri; yang telah mengizinkan saya untuk mengalaminya, bersentuhan dengannya, dan bertumbuh darinya.
Diri ini, "yang ada di dalam" yang merasakan sakit, sedih dan gembira dari apa yang kita alami sehari-hari perlu kita cintai lebih dahulu sebelum mencintai pribadi lain, perlu kita terima apa adanya sebelum dapat menerima orang lain. Minta maaflah kepadanya, cintailah dia, berterimakasihlah padanya... berdamailah pada diri sendiri, selamat memasuki bulan Ramadhan, bulan pembelajaran (sahruddirasah)
:)