Alkisah, ada seorang pemuda sedang melamun galau, terduduk dengan tatapan kosong mengarah ke hamparan air tambak dan empang Masjid Alam Muara Blacan Muaragembong. Lelaki muda ini sudah melalui banyak hari dan tempat namun belum juga mendapatkan kebahagiaan yang ia cari.
Angin Muara Blacan sepoi-sepoi membawa suara yang jelas mengajaknya berbicara.
“Lu lagi ngapain ndirian aja disini tong?” tanya Bang Yusuf sang penjaga masjid Alam dengan logat Betawi Bekasi yang kental. Bang Yusuf duduk di samping sang pemuda, membakar rokok kreteknya sambil memandang jauh menerawang sisa-sisa hutan mangrove yang menjadi hamparan tambak.
Sang pemuda itu telah berhasil meredakan kekagetannya. Ia sudah kenal dengan Bang Yusuf, ini bukan kali pertamanya ia menghabiskan waktu dikeheningan suasana Masjid Alam Blacan.
”Saya lelah, Pak. Saya selama ini sudah berjalan sejauh ini demi mencari kebahagiaan, tetapi perasaan itu tak kunjung saya dapatkan. Entahlah, ke mana lagi saya harus mencari…?” keluh sang pemuda dengan wajah muram.
Bang Yusuf lekat memandang sang pemuda, tidak ada canda, hanya kekelaman menuju keputusasaan yang tersisa dari aura wajah sang pemuda disampingnya.
Bang Yusuf menarik dalam rokoknya, sejenak kemudian ia berkata: “Di depan sono ada kolam. Nah pergi dah ke sono dan tangkep seekor ikan nyang menurut elu paling bagus. Setelah itu gua akan jawab pertanyaan elu,” kata Bang Yusuf datar.
Keraguan membuat sang pemuda berspekulasi macam-macam, menimbang tak ada gunanya juga duduk berlama-lama tanpa tujuan akhirnya sang pemuda itu pergi ke arah yang ditunjuk. Tiba di sana, dia terkesima takjub melihat hamparan air dengan teratai dan bermacam ikan berkejaran dalam kejernihan air.
Masjid Alam Muara Blacan Muaragembong |
Dari kejauhan terlihat sang pemuda terlihat sudah berendam dalam kolam, berusaha menangkap ikan sasarannya. Hap… sergapannya tidak membuahkan hasil. Dikejarnya ikan-ikan itu ke arah lain. Hap! gagal, hanya menangkap air dan tumbuhan air. Dia berlari tak beraturan, menerjang rimbun teratai, menginjak melati air, merusak rerumputan air. Tapi, tak seekor ikanpun berhasil ditangkapnya.
Bang Yusuf mendekat dan menghentikan sang pemuda. ”Oh begitu cara lu mengejar kebahagiaan? Sibuk lari ke sono kemari, menubruk adruk-adrukan gak tentu arah, sampe-sampe nerobos kagak peduli apa yang udah elu rusak?” Sergah Bang Yusuf menahan emosi.
Bang Yusuf dengan tegas dan melanjutkan, ”Heh bocah, mencari kebahagiaan itu ibaratnya kayak nangkep ikan. Gak perlu elu tangkap ikannya, biarin aja dia memenuhi kolam, empang atau anak sungai sesuai fungsinya. Tangkep aja keindahan warna dan geraknya di pikiran elu dan simpan baik-baik dalam hati.Sama halnya kayak kebahagiaan. Kebahagiaan bukan benda nyang dapat elu genggam terus disimpan di kantong. Dia gak ke mana-mana, tapi ada dimana-mana. Pelihara aja sebaik-baiknya, terus munculin setiap saat dengan rasa syukur maka tanpa elu sadari kebahagiaan itu akan sering datang sendiri. Apakah elu ngerti?”
Mendengar kata-kata bang Yusuf yang keras dan tegas sang pemuda terpana dan aura wajahnya bercahaya riang. ”Terima kasih pak. Sungguh pelajaran yang sangat berharga. Saya akan pulang dan membawa kebahagiaan ini di hati..”
Bang Yusuf memasukkan tangannya ke dalam kolam. Tak lama, beberapa ekor ikan mendekati dan bermain kecipak riak air dari tangan Bang Yusuf, bermacam ikan berlomba menari memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu memahaminya.
Setiap manusia menginginkan kebahagiaan. Tetapi sering kali mereka begitu sibuk mencarinya, tanpa menyadari bahwa kebahagiaan sesungguhnya tidak kemana-mana tetapi justru ada di mana-mana. Kebahagiaan bisa hadir di setiap tempat, di setiap waktu, di semua rasa, dan tentunya setiap hati yang selalu mensyukuri.
Sang pemuda bersegera berpamitan, Bang Yusuf tersenyum senang melihat sang pemuda kembali ceria, sebelum sang pemuda berlalu ia berkata, “Eh tong, tolong elu rapihin lagi tuh kolam ikan nyang udah elu acak-acak… sebelum nyang punya kolam marah”. :)
_______________________________
Fiksi adaptasi dari Kisah Motivasi “Mencari Kebahagiaan”.
Fiksi adaptasi dari Kisah Motivasi “Mencari Kebahagiaan”.