Ada beberapa gejala yang menggelitik untuk saya perhatikan pada diri saya, antaranya:
Saya suka menanggapi kebahagiaan teman-teman Facebook secara tidak realistis.
Terobsesi dengan kehidupan sehari-hari teman-teman Facebook.
Membandingkan kualitas hidup dengan teman-teman Facebook.
Mengubah-ubah tampilan foto pada profil untuk menarik perhatian.
Merasa cemas dan galau apabila tidak memeriksa Facebook setiap beberapa menit sekali.
Memenuhi isi otak dengan kutipan lucu, status, postingan, dan artikel di Facebook yang membuat saya merasa lebih baik dan bahagia. ...dan seterusnya...
Kalau Anda merasakan hal yang sama, mungkin kita bisa bicara lebih jauh, jika Anda tidak mengalami gejala-gejala di atas syukurlah, mungkin itu berarti hidup Anda normal dan bahagia, amiin :)
List di atas saya dapat dalam artikel internet, yang katanya itu adalah gejala Facebook Syndrome :)
Picture from http://ndnstartup.blogspot.coml |
Fenomena kecanduan jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Path dll sebenarnya merupakan isu lama, sudah banyak rekan-rekan yang mengambil langkah-langkah pencegahan dan "penyembuhan" yang dikenal sengan istilah Detox Digital aka detoksifikasi digital.
Sulit untuk memahami kebutuhan Detox Digital kalau belum merasakan efek negatifnya. Nih gue kutip pernyataan Psikolog pendidikan asal Yogyakarta, Niken Iriani LNH MSi Psi,
menurutnya anak-anak yang kecanduan internet, tidak memiliki kemampuan berpikir
logis. Pikiran anak-anak yang kecanduan internet sangat instan, tidak
memiliki daya juang dan tidak mandiri. Sebab, tidak bisa lepas dari
ketergantungannya terhadap internet. Yang lebih parah lagi, kata Niken,
anak menjadi malas. “Memang ada anak-anak yang menjadi kreatif berkat
internet, namun sebagian besar pecandu internet, daya kreatifitasnya
menjadi tumpul. Bahkan sifatnya cenderung hedonistis,’’.
Mau tau efek yang tragis? Baca ini ajah 5 Kisah Tragis Akibat Kecanduan Internet,
di artikel itu ada seseorang pria yang harus kehilangan keluarga dan
juga pekerjaannya hanya gara-gara kecanduan twitter. Kecanduannya ini
membuat pria tersbeut di pecat dari pekerjaannya dan juga bercerai
dengan istrinya. Ia mengatakan ia lebih memilih twitter dari pada
pekerjaan dan istrinya tersebut. *HADOH*
Sekali lagi saya bilangin yah, Detox Digital ini bukan barang baru, silahkan saja googling, Anda akan mendapatkan banyak artikel dan berita tentang ini. Salah satu artikel yang menarik saya adalah perkemahan Digital Detox yang bertujuan untuk melepaskan diri dari
ketergantungan sosial media akut. Yaitu mereka yang sudah pada tahap parah,
anti sosial, benar-benar tak bisa lepas dari gadget, game online, jejaring sosial dan hal
lain yang berhubungan dengan dunia digital.
Perkemahan itu tidak gratis, para peserta diminta bersedia 'menukar' gadget, Instagram, Facebook,
Twitter atau konsol game mereka dengan pertemanan di perkemahan yang terjadi
berdasarkan koneksi dalam kehidupan nyata. Di sini, mereka akan
memiliki banyak kegiatan positif yang tidak bersentuhan dengan dunia sosial media. Nah ini salah satu peluang usaha loh kalo Anda paham maksud saya :)
picture from http://www.theblondeethos.com |
Karena kegiatan di atas bayar, yah cocok untuk yang punya uang berlebih, kalo yang pas-pasan dan gretongan fans club seperti saya mending mencari solusi alternatif. Sederhana saja obatnya kok. Apa itu? Obatnya ada di sini --> The 5 Steps Needed for a Digital Detox.
Ups, buat yang senasib dengan saya, yang bahasa inggrisnya pas-pasan daripada repot translate dengan google translate sekalipun kita bisa simak versi adaptasinya di ---> 5 Langkah Melakukan Digital Detox
Bagaimana? sudah siap detox digital? :)
Kalau Anda seorang Manajer Media Sosial, Socmed Admin dan sebangsanya tapi masih bisa enjoy dengan kegiatan tanpa "terhubung internet" sekian waktu dan normal-normal saja.... saya perlu belajar langsung kepada Anda soal ini :)