Teman saya bilang: "Salah satu cara untuk mengurangi berbagai kenakalan remaja di dunia maya adalah dengan memperkenalkan media sosial dan internet dengan pendekatan yang lebih positif," saya setuju dengan pendapatnya. Pendekatan positif memperkenalkan media sosial dan internet ini oleh sebagian orang disebut literasi digital.
Masa remaja adalah dunia di mana adik-adik kita ini memasuki dunia yang baru. Mereka menanggung banyak tuntutan, diantaranya adik-adik yang baru lulus sekolah dasar ini dituntut untuk bisa belajar bertoleransi sekaligus menumbuhkan karakter dirinya, berbagi versus menegaskan identitas, mempraktekkan tanggung jawab sekaligus memenuhi rasa ingin tahu yang sangat besar.
Masih banyak pertentangan-pertentangan yang terjadi dalam kehidupan mereka, karenanya bimbingan yang positif amat dibutuhkan, namun juga perlu pendekatan yang lebih arif agar tidak meredupkan gejolak darah muda yang haus akan pengetahuan dan pengalaman.
Sementara itu, media sosial berkembang dengan begitu cepat, adik-adik generasi milenial ini mengalami apa yang tidak kita alami semasa kita remaja. Internet dengan segala manfaat positif dan kutukan negatifnya sudah ada di hadapan mereka sejak mereka lahir.
Sialnya, orang tua dan kita yang seharusnya memberi rambu-rambu keselamatan juga kadang gagal mengadaptasi perubahan, tidak jarang justru sang anak yang lebih menguasai tekhnologi dan belantara media sosial.
Setelah "bermain" dan mengajak adik-adik kelas 7 SMPN 2 Babelan berdialog sedikit dalam rangka Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) ini, saya menemukan bahwa mereka sudah mengenal Facebook, Twitter, WhatsApp, Line, SnapChat, Instagram, Path, TikTok, WattPAd dan berbagai platform media sosial terkenal lainnya.
Maaf saja, tapi saya yakin 80%... tidak semua orang tua dari anak-anak ini mengenal semua platform media sosial yang mereka sebutkan dengan agak ragu-ragu seperti menunggu teman-temannya yang lain menyebutkan. Saya tidak heran kalau sebagian orang tua melarang penggunaan medsos sehingga adik-adik ini menjawab dengan ragu, apakah dirinya aman menjawab pertanyaan saya dengan jujur :) Sebagian orang tua mengambil jalan singkat dengan melarang penggunaan media sosial, saya memaklumi langkah itu tapi saya khawatir kalau larangan itu justru akan menjadi penghalang dialog kekeluargaan antara sang anak dengan orangtuanya.
Sore itu, tanpa persiapan saya menyebutkan beberapa fungsi atau manfaat dari media sosial sesuai interaksi yang berkembang, saya memancing adik-adik ini mengenai manfaat dari sosial media kemudian mengurutkannya sesuai jawaban dari sebagian besar peserta.
Kami merumuskan ada 4 manfaat dari media sosial dan saya kebagian sedikit memaparkan baik dan buruknya. Manfaat media sosial versi kami saat itu adalah; 1. Jaringan Pertemanan (networking) 2. Hiburan, 3. Berbagi Informasi, dan 4. Sebagai Alat Komunikasi. Untuk nomor 5 dan seterusnya, biarkan mereka yang mencari sendiri jawabannya dengan mengikuti pola sebelumnya. Semoga mereka paham bahwa fungsi dan manfaat yang saya sebutkan secara numerik itu bukan sebuah teori mati dan bisa mereka perbanyak sesuai pengetahuan mereka lengkap dengan manfaat positif dan efek negatifnya :)
Kami merumuskan ada 4 manfaat dari media sosial dan saya kebagian sedikit memaparkan baik dan buruknya. Manfaat media sosial versi kami saat itu adalah; 1. Jaringan Pertemanan (networking) 2. Hiburan, 3. Berbagi Informasi, dan 4. Sebagai Alat Komunikasi. Untuk nomor 5 dan seterusnya, biarkan mereka yang mencari sendiri jawabannya dengan mengikuti pola sebelumnya. Semoga mereka paham bahwa fungsi dan manfaat yang saya sebutkan secara numerik itu bukan sebuah teori mati dan bisa mereka perbanyak sesuai pengetahuan mereka lengkap dengan manfaat positif dan efek negatifnya :)
Salah satu senior mereka bertanya, mengapa banyak terjadi penyalahgunaan media sosial?
Pertanyaan yang sederhana, pertanyaan yang butuh jawaban praktis dengan kemasan yang bisa dipahami adik-adik dengan rentang umur 13-16 tahun. Pertanyaan inilah yang kadang membuat kebijakan-kebijakan kementerian komunikasi dan informasi menjadi bahan cibiran netizen.
Lalu siapa yang bisa menjawab pertanyaan tersebut? Entahlah...
Saya menjawab dengan jawaban diplomatis, ada 2 sebab yang menurut saya menyebabkan terjadinya penyalahgunaan media sosial. Pertama mereka tidak tahu apa fungsi dan manfaat positif media sosial, dan yang kedua belum ada yang memberi tahu mereka apa manfaat positif media sosial.
Saya menjawab dengan jawaban diplomatis, ada 2 sebab yang menurut saya menyebabkan terjadinya penyalahgunaan media sosial. Pertama mereka tidak tahu apa fungsi dan manfaat positif media sosial, dan yang kedua belum ada yang memberi tahu mereka apa manfaat positif media sosial.
Saya kira kita (saya dan Anda) termasuk di kategori kedua; tidak atau belum memberi tahu apa fungsi dan manfaat positif media sosial kepada mereka. Karenanya sadar atau tidak, kita (saya dan Anda pembaca blog ini) turut bersalah jika terjadi penyalahgunaan media sosial di lingkungan kita.
Bukankah kita lebih suka menghukum tanpa mau melihat peranan dan keterlibatan kita sehingga sesuatu terjadi?, sudahkah kita memberi rambu-rambu keselamatan sebelum menyalahkan korban? yah, adik-adik yang menyalahgunakan media sosial itu bagi saya adalah korban. Korban dari ketidaktahuan mereka atau korban dari abainya kita mempersiapkan generasi yang melek tekhnologi.
Salam :)
@ Southlake Adventure Park - Babelan Kota, 1 Sept 2018.