Ngopi malam Minggu kemarin termasuk salah satu ngopi yang istimewa. Awalnya saya hanya diberitahu kalau malam Minggu kemarin, tanggal 26 Januari 2020 itu agendanya teman-teman Komunitas Pramuka Tunas Muda akan melakukan kegiatan Yasinan di Kampung Kerangkeng Buni Bakti Babelan. Ternyata setelah saya ikut, Yasinan itu kegiatan pembuka agenda rapat kerja Tunas Muda awal tahun 2020.
Saya malam itu hanya mengikuti alur saja. Lebih banyak memperhatikan dan merefleksi sambil menikmati kopi malam. Rada waswas juga sih, karena saat saya datang ada seekor anak Ular Cobra yang berhasil tertangkap saat bersembunyi di sepatu salah satu tamu malam itu.
Yang istimewa bagi saya adalah pada kegiatan itu juga dibaca bersama-sama Surah Al Waqiah. Dalam pemahaman saya pada Surah Al-Waqiah ada 3 ayat yang membahas air hujan, yaitu ayat 68, 69 dan 70.
Saya tidak meng-install aplikasi Surah Yasin dll, jika butuh saya akan membukanya dari browser, begitu juga dengan surah Al Waqiah ini, saya membukanya di alamat: https://litequran.net/al-waqiah
Saya tidak meng-install aplikasi Surah Yasin dll, jika butuh saya akan membukanya dari browser, begitu juga dengan surah Al Waqiah ini, saya membukanya di alamat: https://litequran.net/al-waqiah
Berikut terjemahan versi online dari 3 ayat yang saya maksud:
68: Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum?
69: Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan?
70: Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin, mengapa kamu tidak bersyukur?
Ayat ini memperkuat keyakinan saya bahwa hujan adalah rahmat.
Karenanya selebat apapun hujan tidak akan menjadi bencana selama bisa dimanfaatkan. Saat air hujan yang melimpah tidak dapat dimanfaatkan, selama itu juga hujan menjadi mubazir dan bahkan berubah menjadi pengganggu yang dihujat kedatangannya.
Hujan, selama itu hujan air tawar maka selamanya pula hujan adalah Rahmat, kecuali jika hujan air asin maka itu sudah menjadi azab, karena berdasarkan ilmu fisika hujan air asin adalah sebuah anomali yang kecil kemungkinan dapat terjadi, namun tidak ada yang mustahil jika sudah bicara dalam bingkai keyakinan atas kekuasaan Allah SWT.
Sotoy Soal Banjir
Banjir memang banyak penyebabnya, salah satunya sampah, dalam hal ini sampah limbah rumah tangga. Namun menurut saya, sekalipun sistem pengolahan sampah limbah rumah tangga sudah baik, sekalipun masalah sampah di masyarakat sudah selesai banjir tetap tidak bisa dicegah, karena banyak penyebab banjir lainnya yang di luar kekuasaan masyarakat.
Selama sebab-sebab ini juga tidak dibereskan maka banjir tetap akan datang. Ambil contoh Jepang yang pengelolaan sampahnya baik tetap saja kebanjiran. Ya banjir di Jepang airnya jernih tidak ada sampah, tapi tetap saja namanya banjir. Video banjir Jepang sempat viral di media sosial karena airnya yang jernih, berbeda dengan banjir di sini :)
Jadi kalau soal banjir, selama pemerintah menutup mata dengan praktik deforestasi, masifnya praktik mengubah lahan resapan air menjadi bangunan, pembangunan industri dan pertambangan tanpa memperhatikan dampak lingkungan, tidak serius menyiapkan dan memelihara drainase, ya selama itu pula banjir dan bencana yang menyertainya akan selalu datang mengancam.
Banjir adalah sebuah akibat dari banyak sebab. Tidak adil rasanya jika terus saja mengambing-hitamkan orang-orang biasa, yang karena pendidikannya atau karena lingkungannya, terbiasa membuang sampah sembarangan sehingga menyebabkan banjir tanpa menanyakan sejauh mana keseriusan pemerintah daerah dalam upaya pencegahan dan penanggulangannya.
Duh jadi ngelantur ke mana-mana. Intinya, dari awal saya yakin hujan ya fenomena alam biasa yang apa adanya, kadang deras, lebat, gerimis, begitulah hujan.
Hujan adalah rahmat, seingat saya ada salah satu guru saya yang menganjurkan untuk menyingkap pakaian dan membiarkan air hujan membasuh anggota badan dan hujan juga salah satu waktu yang mustajab untuk berdoa.
Sulit memahami hujan yang sering kali kedatangannya membuat gembira dan membuat saya sesekali nekad ikut mandi hujan dengan berbagai alasan itu sebagai penyebab musibah. So, mari bergembira saat hujan, atau minimal jangan mengutuk turunnya hujan.