Pesisir Sembilangan - Foto by: Roron UP |
Waktu terus bergerak cepat, setahun bagai sebulan, sebulan bagai satu pekan, satu pekan bagai satu hari, satu hari bagai satu jam, satu jam bagai satu menit, dan satu menit bagai satu detik. Riuh angin yang terus berhembus, melempar debu-debu jauh dari tempatnya, membuat daun-daun gugur dari rantingnya.
Air laut yang pasang surut, ditambah tumbuhnya banyak pohon bakau yang subur nan rapi, mengelilingi rumah-rumah penduduk yang beragam, sesekali bunyi mesin perahu memecah sepi, menambah ciri khas tersendiri.
Kini saya tuliskan kisah hidup saya di kampung halaman yang begitu sejuk, kampung yang saya anggap negeri mangrove, yang menjadi tempat menetap bagi para masyarakat pecinta alam.
Inilah KAMPUNG SEMBILANGAN. Kampung sejuta cerita, seribu mimpi, harapan, kemenangan, dan kesuksesan. Kampung yang memiliki air laut, pepohonan, tempat ekowisata, wisata ziarah religi, pemancingan dan hal-hal lain yang begitu khas.
Siapa yang tak bangga tinggal di negeri mangrove ini? Menjadi bagian dari pemuda sebagai aktor terpenting pada perubahan kampung, ikut serta mengembangkan pemikiran-pemikiran yang dapat membuat kampung ini berhasil dan dikenal banyak kalangan. Tak menjadi masalah bertempat di mana, tak menjadi kendala untuk maju karena berada di pelosok yang jauh dari kota, kini alasan dan penyebab kemajuan suatu daerah bukan karena lokasinya yang terpencil, tapi karena peran aktif penduduknya dalam pembangunan daerah itu sendiri.
Tuhan begitu sempurna menciptakan segalanya. Menjadikan yang tidak mungkin menjadi mungkin bahkan dalam satu detik Dia dapat mengubah nasib seseorang. Berbeda dengan manusia, diciptakan dengan sempurna, memiliki fisik yang lengkap, tetapi sering merusak alam tanpa merasa berdosa. Namun saya mengetahui satu hal, di negeri mangrove ini para penduduknya begitu menjaga kelestarian alam, menanami dan menjaga pertumbuhan pohon di beberapa titik, menciptakan ekowisata mangrove Sunge Jingkem dan Sungai Rindu dengan kompak, saling bersahutan dalam diskusi, saling mengingatkan saat salah satu dari kami keliru.
Destinasi Ekowisata Sungai Rindu Sembilangan |
Demikianlah sekelumit tentang kampung saya, kampung sejuta mimpi, bermimpi agar dikenal banyak kalangan, meraih prestasi yang membangun dan menjadi inspirasi. Yang hebat adalah pemenang, yang kuat dan kompak adalah juara, dan kampung saya mencapai semua mimpi itu. Menjadi hebat dalam beberapa waktu. "Ooohh tapi tidak untuk menyombongkan diri dan menganggap yang lain tidak hebat, tetapi saya menulis seperti ini agar para pembaca terinspirasi dan tergugah untuk menjadi aktor perubahan di kampungnya sendiri".
Yang paling menarik adalah ketika hujan turun, dedaunan ikut tunduk, mandi tersiram air hujan, ranting yang ikut basah menambah pemandangan semakin indah, dan air laut pun ikut berubah warna. Sorak menyorak terdengar begitu kencang ketika anak-anak kecil bermain di bawah hujan yang deras, melihat mereka bergembira bermain hujan, ada getaran yang tak biasa, hati saya merasa begitu bahagia melihat keceriaan mereka, melihat kehidupannya hanya tentang seputar permainan. "Memang begitu indah menjadi anak kecil yang tahunya hanya bermain saja", bisik hati saya.
Tidak cukup sampai di situ, kampung ini adalah pusat kehidupan penduduk di sini. Tempat menimba ilmu, mencari penghasilan ekonomi, dan tempat berteduh untuk istirahat sehari-hari. Saya pun sekolah di kampung ini. Mengikuti pengajaran dan pelajaran yang sama seperti murid-murid di sekolah lain. Meski tempat ini jauh dari lingkungan yang ramai, jauh dari kepadatan kota, tetapi tidak menyurutkan semangat kami dalam hal apapun. Menurut saya, ini hanya tentang siapa yang pandai bersyukur, dan keyakinan hati masing-masing akan memudahkan sang Illahi memberikan apapun yang kita butuhkan, meski kita berada di pelosok yang terpencil.
Ekowisata Mangrove Sunge Jingkem Sembilangan Bekasi |
Setiap kekurangan pasti menyimpan kelebihan, walaupun manusia memang sering melupakan 1001 kelebihan hanya karena 1 kekurangan. Tapi janganlah mencela apapun yang tidak diketahui kebenarannya. Mari belajar dan bangkit untuk keluarga, masyarakat, dan terlebih untuk diri sendiri. Kuatkan bahu untuk gotong-royong, siapkan mental untuk diskusi, dan siapkan imajinasi untuk berargumen.
Kampung saya ini memang begitu sepi ketika malam, bahkan mungkin hanya suara kodok dan angin menghibur mereka yang kesepian. Banyak yang mengatakan kampung kami ini kotor, sempit dan tidak tertata rapi. "Berbicaralah apa yang ingin kalian bicarakan, ucapan kalian memang menyakitkan, tapi biarlah Allah yang akan membalasnya" gumam saya.
Kampung saya ini memang begitu sepi ketika malam, bahkan mungkin hanya suara kodok dan angin menghibur mereka yang kesepian. Banyak yang mengatakan kampung kami ini kotor, sempit dan tidak tertata rapi. "Berbicaralah apa yang ingin kalian bicarakan, ucapan kalian memang menyakitkan, tapi biarlah Allah yang akan membalasnya" gumam saya.
Iya tentu saja, ucapan-ucapan yang datang dari beberapa orang itu menjengkelkan untuk didengar, tapi jangan salah, kami akan menjawabnya dengan kerja keras, jika sedikit saja ada yang terlihat tidak pantas dipandang orang lain kami akan memperbaikinya bukan membiarkannya menjadi komentar pedas orang lain.
Meski untuk ke kampung kami ini harus melewati lorong-lorong yang sempit dan pohon-pohon yang tinggi, tidak membuat keindahan alamnya hilang, malah semuanya semakin nampak indah ketika daun berserak di tengah jalan, rumput tumbuh subur menutupi tepi jalan, dan pohon yang tinggi menutupi atap alam.
"Bukankah ini keindahan yang begitu nyata?"
Saya rasa jawabannya adalah "iya"."Apakah jalan seperti itu bisa dilewati?"
Tentu saja, meski terlihat seperti padat, jalan seperti ini masih tetap bisa dijalani, karena kami berperan aktif di kampung sering bergotong royong membenahi jalan, bersama dalam senang maupun susah, yang kurang baik kami perbaiki, yang sudah baik akan kami pahami.
Suasana Kampung Sembilangan yang asri |
Menjadi remaja di kampung ini, saya begitu bangga berada pada lokasi yang tidak terlalu ramai, tidak terlalu banyak pergaulan yang mengubah pola pikir saya, tidak ada keselarasan yang salah pada diri saya. Menjadi diri sendiri seperti yang diharapkan orangtua, tetap menjadi anak remaja yang aktif meski di sini bisa dibilang jauh dari pusat kebutuhan-kebutuhan yang penting. Tapi kebutuhan bisa dicari dan dibeli, tapi sikap toleran, aktif, inovatif dan kreatif di lingkungan ini tidak bisa dibeli.
Sikap yang tumbuh dengan sendirinya, atas dasar kemauan dan keinginan diri sendiri, sikap yang akan hadir ketika kita mau menjadi versi yang terbaik dari diri kita, sikap tekad yang mengubah kelemahan pada diri sendiri menjadi keunggulan, sikap tegas yang mampu melawan ego sendiri.
Prinsip saya dalam bersosialisasi "Lihat hasilnya, jangan rasakan prosesnya, karena dalam lingkup masyarakat yang besar kita akan menjadi diri kita sendiri, dihina tak tunduk dan dipuji tak terbang". Saksikan hasilnya, maka mata orang lain akan memandang kita dengan pujian. Ini kisah saya yang turut berperan menjadi pemeran dan aktor perubahan di kampung dan ikut serta antusias menyaksikan hasilnya.
Entah bagaimana pendapat yang lain, yang saya tahu, keberhasilan suatu daerah bukan karena seberapa banyak penduduknya. Tapi keberhasilan suatu daerah adalah karena para penduduknya selalu ikut serta menjadi aktor perubahan di kampungnya sendiri.
Dari saya di Negeri Mangrove
SEMBILANGAN CITY
@FitriiIphii
Penulis adalah warga Kampung Sembilangan
Siswi Kelas XII MA Al Hidayah Sembilangan