Waktu kuliah zaman dulu di sebuah kampus swasta yang berlokasi di daerah sebelum Depok sekitar medio tahun 90-an sehari hari gue naik kereta listrik atau KRL yang sekarang berubah nama jadi kereta Commuter Line (CL). Transportasi yang murah meriah dan anti macet, tapi zaman tahun segitu sih jangan harap ada AC-nya dan nyaman kayak sekarang, hehe.
Tukang ngamen berseliweran, yang dagang makanan, minuman lalu-lalang dari mulai di stasiun sampai di dalam gerbong. Jam perjalanan juga kadang teratur kadang enggak, sampai-sampai menimbulkan antrian. So walhasil berjubel deh dan berdiri di pintu kereta gelantungan karena saking penuhnya.
Kadang harus kudu waspada karena bisa jadi korban lemparan batu saat melewati area tawuran pelajar setingkat SMA di daerah Lenteng Agung. Atau copet yang sering ngerogoh kantong nyomot HP yang saat itu besarnya masih segede batu bata dan ringtone-nya masih poliponik atau nyomot dompet Ocean Pacific hasil nabung duit angpau lebaran, hahaha.
Naik KRL saat itu ongkosnya pun sekali jalan seinget gue 400 perak, naik dari stasiun Tebet turun di stasiun sebelum Stasiun kampus UI depok.
Tapi namanya juga mahasiswa, yah uang jajannya pas-pasan aja..hehe. Kadang dibutuhkan kreativitas tinggi dan solusi yang jitu agar bisa menekan biaya operasional perjalanan kuliah. Dan solusi itu terjawab.. setelah memperhatikan beberapa teman perjalanan yang saat kondektur kereta menagih tiket hanya menjawab. "ABU!!.." dengan suara lantang, mata agak melotot dan gesture yang agak "ngegas" meyakinkan, biasanya membuat kondektur langsung percaya dan tidak jadi memeriksa tiket perjalanannya.
"Hmm... gue coba ah.." dalam hati, tanpa tahu arti dari kata-kata2 ABU tersebut.. Pikiran gue saat itu ABU adalah nama seorang preman yang ditakuti oleh para kondektur KRL yang gagah-gagah itu.
Besoknya pun saat kuliah gue sengaja gak beli tiket dan lolos saja masuk ke peron yang tidak steril terjaga seperti sekarang.
Kereta datang..
Gue naik..
Sampai di daerah Pasar Minggu..
Saatnya pun tiba, seorang kondektur secara rutin berjalan dari gerbong depan ke gerbong belakang untuk pemeriksaan tiket.
Sang kondektur menghampiri gue dengan wajah yang flat bertanya..
"Tiket mas?."
Dengan berbekal pengetahuan yang gue pelajari di hari-hari sebelumnya gue langsung menjawab "ABU!!" dengan mata melotot dan gesture yang agak sedikit menantang gue pun berhasil mengelabui sang kondektur sehingga kondektur itu tidak menagih tiket KRL gue.
Hahaha.. lumayan buat nambahin beli rokok yang saat itu harga Marlboro merah sekitar 2 ribu perak satu bungkusnya, dan harga teh botol saat itu 350 perak.
Dan kemudian modus itu pun gue jalankan setiap hari pulang dan pergi.
Sampai suatu hari gue tahu dari kawan gue bahwa ABU yang sering gue sebut itu sebenarnya singkatan dari ABUDEMEN (abonemen) atau karcis langganan bulanan yang bisa dibeli oleh mahasiswa.. wkwkwkkw.. ternyata bukan nama preman seperti yang gue duga.
Tapi niat menjadi penumpang gelap memang lebih menyenangkan.. ada sensasi deg degan dan was-was kalo sang kondektur mulai ngotot minta diperlihatkan kartu berlangganan itu.
Lambat laun mungkin semakin terbaca modus-modus ini, sang kondektur udah kebal dengan bokis-nya gue dan kawan kawan yang cuma bermodal
- CONGOR KENCENG
- MATA MELOTOT
- GESTURE NANTANG
Pasti ada akhirnya..
Setelah begah semua mungkin, akhirnya para petugas KRL, penertiban dilakukan untuk menghempas para penumpang gelap itu.
Akhirnya razia di KRL pun jadi sering dilakukan dengan membawa petugas keamanan.. maka kocar-kacir lah kita semua. Yang apes kena hukuman bayar 10x tiket yang hoki bisa kucing-kucingan kabur dari peron dengan memanjat pagar setelah kereta berhenti.. hadehh
Kalau inget masa--masa itu sungguh bikin tertawa, malu juga yak kalo dipikir-pikir.
Gue berandai-andai..
Mungkin yang di pikiran para pemilik gerbong (kondektur) itu adalah..
UDAH NUMPANG
MAUNYA GRATIS
NGIBUL
GA BAYAR
NGOMEL NGOMEL
GA MAU DIATUR
MALAH SOK NGATUR NGATUR
SOK JAGOAN
BIKIN SUSAH AJA
Begitulah sekelumit kisah gue waktu kuliah dulu. Please jangan ditiru, tidak baik, tertiblah, ingat bahwa kesabaran manusia itu ada batasnya, dan kita tidak hidup di "hutan" ini sendirian. Hormatilah orang lain, niscaya kita akan dihormati.
Penulis: IJS
--------------------
Catatan:
Kartu Abonemen atau yang biasa disebut Abudemen adalah kartu berlangganan penumpang kereta yang dibeli sebulan sekali. Ada dua jenis Kartu Abonemen kereta yaitu Kartu Trayek Bulanan (KTB) untuk penumpang umum dan kartu Langganan Sekolah (KLS) yang biasa digunakan oleh pelajar. 2 jenis kartu tersebut telah dihentikan oleh KAI sejak 1 Desember 2011.
Untuk Kartu Abounemen masa tahun 1990-an seperti yang diceritakan penulis saya tidak terlalu paham sistem abonemen kereta yang berlaku.