Kawasan Industri Kota Cikarang
Jika mendengar nama Kota Cikarang disebutkan, tidak salah jika yang terlintas dalam pikiran adalah pusat kawasan industri yang tidak pernah berhenti berproduksi. Sebagai warga Bekasi, saya tahu kuatnya citra tersebut adalah hasil branding puluhan tahun dari para public relation berbagai perusahaan yang berkepentingan di Cikarang, namun citra tersebut juga tidak 100% benar. Mengapa demikian?
Berbicara mengenai Kota Cikarang maka kita berbicara tentang sebuah wilayah yang terdiri dari 5 kecamatan, di mana Cikarang Pusat menjadi ibukota Kabupaten Bekasi kemudian 4 kecamatan lainnya adalah Cikarang Barat, Cikarang Timur, Cikarang Utara dan Cikarang Selatan.
Kalau melihat nama-nama kecamatan lainnya yang menunjukkan lokasi, khusus penamaan untuk Cikarang Pusat sepertinya ditetapkan secara inkonsisten atau berbeda, sebab jika menunjukkan lokasi maka nama Cikarang Pusat akan lebih tepat jika diberi nama Cikarang Tenggara. Namun mungkin karena semua pusat pemerintahan Kabupaten Bekasi berada di kecamatan ini, maka dinamakanlah kecamatan Cikarang Pusat.
Kelima kecamatan yang kurang lebih seluas 200 km2 itu memiliki beberapa kawasan industri seperti kawasan industri MM2100, Delta Silicon I, EJIP, BIIE, Jababeka I, Jababeka II, dan kawasan industri kota Delta Mas serta Delta Silicon II yang berada di bawah grup Lippo. Selain tujuh kawasan industri besar itu, berbagai apartemen, rumah sakit, pusat pendidikan juga banyak dibangun di wilayah ini.
Melihat perkembangan sejak awal tahun 1990 hingga sekarang, saya tidak akan kaget jika nantinya Cikarang akan menjadi kota mandiri yang lepas dari Kabupaten Bekasi. Sejarah terbentuknya pemerintahan Kota Tangerang adalah salah satu contoh yang (katanya) memiliki beberapa kemiripan dengan pola perkembangan dengan Cikarang.
Hutan Bambu Warung Bongkok Cikarang Barat
Oh yah, mengenai tidak benar juga kalau Cikarang dianggap seluruhnya sebagai kawasan industri bagaimana?
Akhir pekan kemarin, tepatnya hari Sabtu, 27 Juni 2020 saya mengunjungi Hutan Bambu pinggir Kali Cikarang di Kampung Jayaraga Warung Bongkok RT 05 RW 07 Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat. Di lokasi yang disebut Hutan Bambu ini saya bertemu dengan beberapa penggiat dari Komunitas Save Kali Cikarang yang belakangan sedang giat melakukan aksi kerja bakti secara gotong royong membersihkan DAS Kali Cikarang di lingkungan Kampung Jayaraga hingga Warung Bongkok.
Untuk memenuhi rasa ingin tahu, hampir 1 jam saya menyusuri bantaran Kali Cikarang yang lebat ditumbuhi pohon bambu ini. Pohon-pohon bambu yang tumbuh secara alami dan memenuhi bantaran kali Cikarang ini berfungsi sebagai pengikat tanah agar tidak longsor.
Saat menyusuri bantaran kali, kadang saya harus merundukkan badan untuk menghindari ranting-ranting yang saling bertemu di antara rumpun bambu, rapatnya jalinan ranting ini membuat saya berpikir, pantas saja lokasi ini disebut sebagai Hutan Bambu.
Selain segarnya pemandangan yang alami, di mana-mana terlihat gundukan-gundukan daun bambu kering, saya sempat khawatir akan adanya kemungkinan sejenis reptil baik ular atau biawak yang bersembunyi dan mengintai. Tapi banyaknya pemancing ikan di tepian kali meyakinkan saya bahwa lokasi ini cukup aman untuk disusuri, bahkan saya sempat bertemu dengan beberapa orang yang sedang memikat burung. Lokasi ini buat saya seperti "dunia lain" setelah melewati lalu lintas padat dari Babelan ke Warung Bongkok.
Setelah puas berkeliling dan melihat-lihat lingkungan di sekitar Hutan Bambu Warung Bongkok ini saya sempatkan ngobrol bersama Bang Eko Djatmiko, salah satu penggiat Komunitas Save Kali Cikarang yang saat itu datang bersama keluarga besarnya. Seakan-akan Bang Eko dan teman-teman di sini menyampaikan secara tidak langsung bahwa lokasi ini aman dan nyaman untuk wisata keluarga, dan nyatanya bukan hanya Bang Eko yang mengajak semua anggota keluarganya ke lokasi Hutan Bambu Warung Bongkok Cikarang ini, setidaknya saya melihat beberapa ibu-ibu dengan membawa bekal berada di lokasi.
Saat berkenalan, saya senang mengetahui bahwa Bang Eko ternyata sudah banyak mendengar Ekowisata Sungai di pesisir Babelan seperti Ekowisata Mangrove Sungai Rindu dan Wisata Sunge Jingkem, ia juga bercerita pernah sengaja datang ke Sunge Jingkem Sembilangan untuk belajar mengenai pelestarian lingkungan.
Dari obrolan pembuka mengenai wisata sungai, Bang Eko kemudian menceritakan visi komunitasnya untuk menjaga kebersihan bantaran Kali Cikarang dan melestarikan keberadaan Hutan Bambu yang teduh ini agar menjadi ruang terbuka hijau.
Bang Eko menceritakan pula bahwa dirinya sempat datang ke Hutan Bambu Kota Bekasi untuk "studi banding" karena memiliki kesamaan karakter lingkungan, dari sana ia belajar banyak mengenai penataan lokasi dan pelestarian bambu. Ia juga bercerita tentang kunjungannya ke Sekolah Alam Prasasti di Kali Piket Desa Sukatenang Kecamatan Sukawangi Bekasi karena tertarik dengan sistem pendidikan yang diterapkan.
"Saya berandai-andai, Hutan Bambu ini menjadi nyaman bukan saja bagi warga di wilayah lingkungan sini, tapi bisa menjadi oase segar untuk warga Cikarang dan Bekasi. Saat ini kami masih berupaya dengan menggandeng banyak pihak untuk membersihkan sampah-sampah dan merapikan lokasi ini agar nyaman buat siapa saja. Selain itu potensi Kali Cikarang ini juga bagus untuk wahana uji nyali dengan olah raga arung jeram," ungkap Bang Eko di sela istirahatnya.
Untuk meramaikan lokasi Hutan Bambu ini ia dan teman-teman sudah berencana membuat perpustakaan, agar anak-anak yang banyak bermain di lokasi dapat juga membaca buku atau belajar apa saja bersama mentor.
"Jadi nanti di lokasi ini, anak-anak yang ramai bermain dan berenang di kali itu juga bisa membaca buku, atau belajar apa saja, semoga nantinya ada teman-teman yang mau membantu kami untuk menjadi mentor atau mengajari keterampilan kepada mereka," ucap Bang Eko menceritakan sedikit dari misi sosial edukatif Komunitas Save Kali Cikarang sebelum berpamitan karena kegiatan membersihkan lokasi belum selesai.
Rupanya saat hari menjelang petang, banyak anak-anak sekitar yang datang untuk bermain bersama teman-temannya memenuhi lokasi. Di sisi lain sekitar belasan anak lelaki terlihat asyik terjun ke kali yang saat itu lumayan jernih dan bersih, airnya hijau kecoklatan memantulkan bayangan pepohonan, terlihat sejuk dan menggoda untuk berendam menyegarkan diri di hari yang terik. Jarang-jarang saya melihat kali di Bekasi yang sejernih ini.
Anak-anak itu tanpa takut berenang hingga ke seberang kali, sebagiannya bermain di pinggiran kali yang lebih dangkal. Sebagiannya yang kebanyakan anak-anak perempuan terlihat hanya menonton dan mengawasi dari bantaran kali. Sementara itu asap pembakaran daun-daun kering memberi efek kabut tipis di lokasi. Aroma daun yang terbakar membangkitkan kenangan purba. Terlintas kenangan saat kecil, kebiasaan warga membakar sampah atau "nabun" saat sore setelah membersihkan pekarangan yang juga ternyata berfungsi untuk mengusir nyamuk saat malam.
Sepengawasan saya, ada beberapa kelompok anak-anak yang bermain di bawah teduh dan rindangnya pepohonan. Melihat saya asyik memotret anak-anak yang sedang mandi di kali, sebagian dari mereka yang tidak berenang meminta saya untuk memotret mereka juga setelah bertanya berapa biayanya.
"Boleh, tapi bayarnya pakai kopi, 1 gelas saja," canda saya.
Di luar dugaan, anak-anak itu berunding dengan cepat mengenai bagaimana membeli kopi yang lumayan jauh karena tidak ada warung atau penjual kopi di lokasi, lalu kemudian dengan ceria mereka mengatur pose masing-masing.
"Hahaha saya cuma bercanda, kopi saya saja belum habis kok di saung sana," kata saya setelah memotret mereka dengan berbagai gayanya.
Seperti yang Bang Eko sampaikan, area Hutan Bambu Warung Bongkok pinggir Kali Cikarang ini memiliki potensi untuk dijadikan tempat rekreasi keluarga oleh masyarakat sekitar. Jika areal ini sudah bersih dan rapi, ada perpustakaan, ada wahana arung jeram Kali Cikarang dan lain-lain, saya kira lokasi ini akan menjadi tempat yang asri dan nyaman untuk saya menghabiskan waktu senggang bersama keluarga.
Semoga visi dan misi Komunitas Save Kali Cikarang akan cepat terwujud sehingga Cikarang, atau khususnya wilayah Hutan Bambu Warung Bongkok di Kampung Jayaraga Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat ini akan menjadi pengingat, bahwa tidak 100% benar bahwa Cikarang adalah Kota Industri, di sana masih ada ruang terbuka hijau yang asri, tempat rekreasi keluarga yang ramah dan kental rasa kekeluargaan seperti Hutan Bambu Warung Bongkok ini, dan mungkin saja masih ada tempat lain seperti ini di sekitaran Cikarang yang belum saya ketahui.
Semoga juga pabrik-pabrik dan perusahaan di sekitar sana membantu terwujudnya cita-cita Komunitas Save Kali Cikarang ini, baik dengan CSR atau dukungan lainnya, amiin.
Berikut beberapa foto yang saya kolase dalam video pendek:
Untuk peta lokasi Hutan Bambu Warung Bongkok Sukadanau sementara inilah peta tidak resmi yang saya buat untuk keperluan menunjukkan lokasi saja, peta akan saya ganti jika pengelola Hutan Bambu Warung Bongkok Sukadanau sudah membuat peta resminya.
Peta Lokasi di Google Map
Salam lestari :)