Mimpi itu kembali datang
Dalam bilangan hari-hari tertentu.
Tidak seperti biasanya setiap mimpi yang datang bisa ia ceritakan dengan mudah atau dicatat.
Yah, memang ia mempunyai semacam kesulitan mengungkapkan suatu hal, baik secara nyata maupun di luar nalar orang umum kebanyakan.
Ia hanya bisa mengungkapkan dengan keluar rumah bertemu satu, dua orang, tak perlu banyak, namun baginya sudah cukup lumayan memahami apapun yang ia rasakan, lihat.
Baginya tak semua orang bisa diajak diskusi, terlebih dengan kalimat-kalimat yang sukar dipahami, kecuali orang-orang yang memang menurut sorot matanya bisa diajak berbagi atas yang ia rasakan di alam mimpi.
Karena setiap mimpi itu datang seperti sebuah pesan, walau memang bila ia bisa menggambarkan dengan alat tulis tentu menyeramkan, berisi makhluk-makhluk yang tak ramah di dunia nyata.
Terkesan mistis tak berlogika, tidak rasional, sampai-sampai khawatir nantinya dianggap hanya bunga tidur oleh kebanyakan orang umumnya.
Air terjun yang sepi tak banyak dikunjungi.
Kalaupun ada hanya satu atau dua tiga orang yang berani ke sana, dan orang-orang di tempat itupun tak banyak berbicara satu sama lain,
Hanya senyum penuh misteri menjadi simbol, seperti cara diskusi bagi mereka yang memang mengerti seperasaan.
Danau yang diselimuti kabut dengan sekelilingnya pohon-pohon atau tumbuhan yang hanya tumbuh di sekitaran danau, hewan serangga, hewan air, hewan udara dan darat, juga hanya bisa hidup di danau itu.
Bukan gerbang tepatnya tapi seperti gapura besar dengan jalan bertangga batu-batuan di kiri kanan, jika dihitung banyak arca berukuran setengah badan orang dewasa.
Rumah besar tapi bukan pendopo, juga tak bisa dikatakan istana, berbentuk datar, dengan 7 tiang, setiap atapnya banyak genteng, jika juga dihitung jumlah gentengnya mungkin berjumlah 13, tidak bisa genap, selalu ganjil.
Jendela rumah yang berbentuk persegi panjang berjumlah 7, pintu yang besar.
Dalam ruangan terpampang lukisan besar. Wanita berkebaya merah kain jarik motif kembang kantil sebagai bawahan busananya. Itu letaknya berada di kiri ruangan.
Di kanan ruangan terpampang lebih besar lukisan wanita berbusana tingkat sosial tinggi berwarna hijau selendang kuning, bermahkotakan emas, kain jarik bermotif batik terhormat, dengan pemandangan danau diselimuti kabut.
Tepat di atas pintu masuk juga pintu ke luar rumah itu ada kaca sangat besar bermotif tokoh pewayangan penjaga waktu.
Di tengah ruangan penuh dengan alat-alat musik tradisional, lengkap dengan layar serta wayang-wayangnya.
Di tiang-tiang dalam rumah banyak topeng-topeng tradisional berbagai raut wajah
Tapi kebanyakan dengan lidah yang menjulur panjang mata yang besar, adapun topeng kecil dengan mimik wajah yang sedih.
Tidak ada lampu yang begitu terang dalam rumah ini.
Hanya pencahayaan dari lampu berbahan serabut kelapa, kadang cahaya bulan bisa masuk ke dalam rumah ini, itupun tak begitu cerah.
Setiap mimpi itu datang dari air terjun, danau, sampai kerumah besar.
Ia selalu mencari apa arti mimpi itu, pesan apa juga yang harus ia laksanakan?.
Penulis: Minon On Mini