Kali Blacan Muaragembong |
TELISIK NAMA KAMPUNG MUARA BLACAN
Kampung Muara Blacan (disingkat Kp. Muara Blacan) adalah kampung yang kini sudah tidak lagi menjadi lahan pemukiman. Kampung ini berada dalam wilayah desa Pantai Mekar di sebelah utara dan wilayah desa Pantai Harapan Jaya di sebelah selatan yang dibatasi dengan Sungai Blacan berada di wilayah kecamatan Muaragembong kabupaten Bekasi Jawa Barat.
Ada yang unik tentang kampung ini, karena sulitnya mencari informasi terkait asal usul nama kampung, seolah-olah kampung Muara Blacan ini tak pernah ada.
Saya mencoba membuka tabir kegelapan ini dengan menelusuri tempat, mencari peninggalan, peta arsip maupun berita koran kuno.
Pernah juga ditemani Komarudin Ibnu Mikam (seorang pegiat budaya), Yusuf Maulana (pegiat sosial lingkungan) dan Junaedi / Didi (mantan kepala dusun I desa Pantai Sederhana). Ternyata, di Kp. Muara Blacan ini pernah ada peradaban yang tidak kalah unik dengan peradaban yang ada di kampung lain pada zamannya.
MUARA BLACAN Secara Etimologi
Secara etimologi, kata MUARA menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tempat berakhirnya aliran sungai di laut, danau, atau sungai lain; sungai yang dekat dengan laut. Sedangkan kata BLACAN menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dari bahasa Jawa adalah Kucing Hutan atau dalam sebutan orang di Muaragembong adalah Macan Memeng.
Blacan Kucing Hutan /Macan Memeng |
Jadi, MUARA BLACAN adalah Muara sungai yang banyak Kucing Hutannya.
Hal ini menjadi sesuatu yang logis jika sebelumnya wilayah yang menjadi perkampungan Muara Blacan sebelumnya adalah hutan belantara yang banyak Kucing Hutannya sezaman dengan Kp. Muara Gembong di sebelahnya yang awalnya banyak dihuni Harimau Loreng.
MUARA BLACAN Secara Histori
Kp. Muara Blacan ini adalah nama kampung yang dibuka dan didirikan oleh eks tentara Mataram yang tidak kembali ke Mataram karena khawatir atas konsekuensi yang akan diterima dari Sultan Agung Hanyokrokusumo atas kegagalannya menyerang VOC di Batavia pada tahun 1628 dan 1629 M.
Seiring waktu yang terus berjalan, Kampung Muara Blacan pun hilang. Hilangnya perkampungan ini karena ditinggalkan oleh penghuninya, keumngkinan karena akses transportasi ke dan dari kampung Muaragembong yang sulit. Sungai Blacan yang berhulu di Citarum juga mengalami pendangkalan akibat sedimentasi lumpur banjir musiman sehingga sulit dilalui perahu ebagai alat transportasi utara warga setempat.
Sekalipun demikian, namun dari artefak yang ditemui, di Kp. Muara Blacan ini pernah ada pengolahan Kerang Putih skala perumahan, tentunya untuk dijual ke Batavia dilihat dari jumlah kulitnya yang sudah ratusan karung dimanfaatkan para petambak untuk menguruk tepi Pintu Air sebagai pencegah ikan Sembelang bersarang di sisi pintu air yang dapat mempercepat kebocoran tambak.
Dan terhadap yang menyebut BELACAN yang berarti TERASI, bisa juga benar, seiring perkampungan yang berpotensi membuat terasi. Tapi tentunya penamaan Belacan yang berarti Terasi setelah banyaknya penduduk dan didahului Blacan yang awal dihuni.
Dan jika kata Belacan mengacu kepada kulit Kerang Putih yang banyak ditemukan, maka sebenarnya tidak ada kaitannya, sebab bahan baku terasi bukan dari Kerang Putih tapi udang rebon atau ikan kecil (untuk jenis terasi ikan).
Di Kp. Muara Belacan ini disinyalir dulu dihuni oleh orang-orang yang secara ekonomi sudah mapan, dilihat dari temuan alat rumah tangga yang digunakan berbahan Keramik buatan China, Belanda dan bahkan buatan Jepang. Jepang dalam hal ini bukan Jepang yang menjajah Indonesia 1942-1945, karena perkampungan Muara Blacan sudah hilang di tahun 1915. Ditemukan juga gerabah jenis periuk, paso, jambangan, bata tegel dan lain-lain.
Di kampung ini berdasarkan artefak diyakini pernah berdiri Masjid Alam (peta 1902) dan yang berdiri sekarang, posisinya telah bergeser sekitar 700 m dari posisi awalnya. Secara usia tidak berjauhan dengan Masjid Alam Al-Mutaqoddimin yang ada di Kp. Gaga desa Pantai Sederhana kecamatan Muaragembong Kabupaten Bekasi Jawa Barat..
Disebut Masjid Alam Blacan karena awal ditemukan tidak ada plang nama atau bukti lain yang mengisyaratkan nama masjid tersebut.
Baca juga: Ekowisata Mangrove ke Masjid Alam Blacan Muaragembong