Kalau saja saya tidak mengenal Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) mungkin saya akan tetap menjadi seorang supir tembak Koasi (angkot) di Bekasi.
Masih tergolong muda usia saat saya mulai mengenal FSPMI, semenjak awal tahun 2005, sejak saya baru menjadi pekerja di salah satu Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) di kawasan East Jakarta Industrial Park (EJIP), dan saat itu masih menyandang status pekerja kontrak.
Saya hanyalah salah satu pekerja baru yang mau bergabung dan ikut kumpul ngobrol dengan para pendiri FSPMI di perusahaan itu.
Namanya juga mantan supir angkot, ya sudah pasti kaget ketika baru masuk ke "aquarium" milik PMA yang dengan segala macam aturan dan SOP yang membatasi diri. Bekerja pun akhirnya malas-malasan, akibatnya saya mempunyai penilaian kinerja yang buruk.
Bergabunglah saya menjadi anggota dari FSPMI dengan segala perlakuan diskriminasi dan lain-lain yang saya terima dari perusahaan tersebut. Saat itu saya hanya berpikir, "kontrak diperpanjang sukur, ga diperpanjang ya masih ada angkot".
Nah, di sinilah saya harus berucap terima kasih kepada FSPMI. Karena dengan saya tongkrang-tongkrong dan menjadi anggota dari FSPMI, saya mendapatkan dampak dampak positif darinya.
Saat itu, saya tergolong pekerja yang perusahaannya menyalahi aturan ketenagakerjaan (dalam hal ini perjanjian kontrak kerja). Ada sekitar 200 pekerja yang statusnya sama dengan saya, dan FSPMI mengadakan perundingan dengan perwakilan PMA tersebut, deal di point: 70% menjadi karyawan tetap dan 30% digugurkan. Itupun berdasarkan penilaian kerja.
Saya sempat bertanya-tanya kenapa saya ada di dalam kelompok karyawan yang 70% tersebut?
Kalau dari penilaian kinerja rasanya sangat tidak mungkin. Tetapi ada satu hal yang membuat saya bisa ada di dalam kelompok karyawan yang 70% tersebut, mungkin itu adalah berkah dari ikutan "tongkrang-tongkrong" (kalau bahasa inteleknya eksistensi) bersama teman-teman anggota FSPMI.
Jadilah saya pekerja tetap di perusahaan tersebut. Dan dari situ, alhamdulillah saya banyak mendapatkan dan memanfaatkan kondisi, belajar organisasi, belajar komputerisasi, mengenal dunia maya, memahami dunia grafis, menemukan teman hidup.
Dari situ saya engalami banyak perubahan, sampai hingga saat ini tanggal 6 Februari 2014 saya menanti kehadiran anak saya di rumah bersalin. Bini saya mulesnya udah gurih-gurih enyoooooiiiii...
Terima kasih atas doa dan dukungannya
Terima kasih Tuhan atas segala nikmat dan karunia-Mu...
Terima kasih FSPMI...
Selamat ulang tahun FSPMI
Semoga Bergerak Tanpa Batas, Melawan Hingga Akhir...
Penulis: Budi Pay
Kamis, 6 Februari 2014.
*Saat ini, tahun 2022, sebagian dari 70% tersebut masih bekerja di tempat yang sama. Paling berkurang 10 sampe 15% dengan berbagai macam alasan. Misal, resign dan sedikit yang phk atau meninggal dunia.
*Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) adalah yang berhimpun dan fokus pada isu-isu seputar buruh. Said Iqbal, yang juga Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia, adalah Presidennya. Ia berkata akan tetap secara konsisten mengawal dan memperjuangkan hak-hak buruh. (wikipedia).