Bismillah, Allahu Akbar!
Hari ini sesuai planning awal, Fais kita evakuasi ke Pondok Pesantren Cahaya Quran di Ciampea, Bogor pake ambulan Cahaya Foundation. Suatu kebetulan yang sesuatu sekali bukaann??? *awas aja bilang bukan.
Perjalanan membawamu, bertemu denganku, ku bertemu kamu... *nyanyi gak bacanya? 😂
Perjalanan dari Setu jam 6 pagi, samperin donasi satu-satu di dua lokasi, dari mulai jajanan Fais, pakaian, sarung, handuk, stok diapers untuk 2 bulan, sampe beras. Gak lupa 50 paket jajanan plus susu buat calon temen-temen Fais di pondok. Cihuuyy. #ehh Alhamdulillah
Bogor yang luar biasa macet. Sampai lokasi pas adzan dzuhur berkumandang, pake nyasar di kebon akibat terlalu percaya ama Gmaps. Kita siy menyebutnya sebagai risiko ngebolang.
Sempet dibuat spaneng bin deg-degan karena pihak pengasuh terlihat "agak keberatan" dititipin Fais dengan kondisinya yang "istimewa" *hiks.
Fais jelas membutuhkan lebih dari sekedar seorang pembimbing / pengajar. Dia butuh asisten pribadi yang memberikan training dasar buat mandiri. Toilet training, latihan jalan, dan cara berkomunikasi. Belum lagi kondisi Fais yang tertidur pulas sejak datang sampai jelang ashar kami pulang. Sungguh menggemaskan sekaligus mengkhawatirkan.
After all, mungkin bisa dibilang trial, karena Fais harus melalui masa uji coba. Karena gak mungkin kan, dia dibawa pulang kembali.
Jujur berat buat kami untuk memulai dari NOL lagi *yaa Allah, titip Fais. Berikan hidayah padanya (aamiin, doa gw) sungguh dalam hati merasa kalau proses ini belum menemukan titik ketenangan. Laa haulaa walaa quwwata ilaa billah.
Endingnya Fais kita tinggal. Berserah aneka bebawaan dan uang hasil donasi sebesar 7 juta rupiah, dengan perincian 2,5 juta untuk "pendaftaran" Fais dan 4,5 juta untuk "menggaji" asisten Fais selama tiga bulan.
Alaa kulli hal. Bismillah kami pamitan.
Sekeranjang doa melangit untuk Fais, para pengasuh juga teman-teman relawan dan sahabat-sahabat donatur yang udah bantu kami dalam misi kemanusiaan ini.
Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua dengan pahala besar di sisiNya. Aamiin. Barakallahufiikum
*haru
#ceritamaks
#ceritarelawan
Ahad, 21 Agustus 2022
Penulis: Mak Sri
- Derita Fais, Anak Surga Tanpa Kasih Sayang -
Agak sulit menjabarkan kondisi bocah 11 tahun ini dengan diksi untuk dituangkan dalam rangkaian narasi. Bukan agak, tapi sungguh sulit. Sungguh.
Bocah ini pertama kali saya temui Bulan Juni 2022 dari seorang kawan sesama relawan. Buta, tak bisa jalan, belom bisa bicara walau saya yakin dia bisa mendengar. Sebab saat saya dan teman saya datang dia terlihat girang. Saya bisa maklum, begitu sunyi dunia bagi Fais.
Menurut informasi yang simpang siur (sebab pengasuh Fais yaitu perempuan yang statusnya Bibi) ini penjelasannya sangat tidak runut berbelit-belit dan membingungkan. Warga sekitar apalagi. Mereka hanya menjawab ala kadarnya, "Fais itu buta, bapaknya udah gak ada, emaknya kabur."
Jangan coba-coba tanya detail, sebab sepanjang apapun pertanyaan kita, jawabannya tetap sama: KAGAK TAU.
Ya, ayah Fais, Dolis bin Sapu'i wafat kurang lebih 2-3 tahun lalu karena mengidap kanker usus besar atau kanker anus. Ibunya Casma binti Darto pergi entah ke mana setelah suaminya tiada.
Sehari-hari Casma memang mengandalkan penghasilannya sebagai pengemis di pasar, depan mini market atau keliling dari rumah ke rumah di wilayah Sukatani, Sukakarya, Sukaraya dan Cikarang Utara. Keterbatasan fisik dan mental konon memudahkan orang lain untuk merasa iba padanya.
Menurut kabar, Fais mempunyai kakak laki-laki yang belum lama diasuh oleh seorang ustadz di daerah itu. Konon pula, kakak laki-laki Fais juga mempunyai cacat fisik. Subhanallah.
Keadaan bibi yang ketitipan Fais bisa dikatakan sangat tidak memadai baik secara ekonomi, fisik dan kesiapan mental. Fais benar-benar numpang tidur dan makan. Tidak ada kasih sayang, empati ataupun sentuhan dari pihak keluarga yang ketitipan.
Tuntutan mereka satu: cepat-cepat menyingkirkan Fais, entah bagaimana caranya. Mau siapapun, dan dari kalangan manapun yang kiranya bersedia. Tidak ada harapan untuk membuat mereka mengubah pikiran sedikit saja, nampaknya.
Fais dibiarkan begitu saja diruangan kosong, tanpa alas, tanpa teman. Setiap hari, siang dan malam. Tempat yang jauh dari layak. Saat saya minta tolong beberapa teman untuk berkunjung sekedar menengoknya, Fais selalu dalam keadaan sendirian bahkan terlihat kelaparan dan kehausan. Sejak kecil gerakannya dibatasi. Untuk mencegahnya berpindah ke sana ke mari.
Fais adalah anak yang disebut sebagian orang sebagai anak surga. Tapi kenyataannya tidak. Hidupnya sepi, sunyi tanpa sentuhan cinta ayah, kasih ibu dan simpati keluarga yang katanya menginginkan surga. Fais hanya menggantungkan hidupnya pada kasih sayang Allah lewat kita.
Siapapun di sana, tolong Fais
Senin, 15 Agustus 2022
Penulis Mutia Farida