Antara Kopi dan Integritas: Kisah Dari Bekasi

Dengan secangkir kopi dan percakapan sederhana, kita bisa belajar banyak tentang hidup dan arti sebenarnya dari kebermaknaan di Rumah Pelangi Bekasi
Antara Kopi dan Integritas: Kisah Dari Bekasi

Hari itu, Bekasi panasnya luar biasa. Kemarau panjang bikin tanah kering kerontang, dan sawah-sawah pun nyaris gersang. Di tengah panas menyengat, seorang pria paruh baya terlihat sibuk mengangkat dus penuh buku sumbangan. Dia adalah Danang Anandra, atau lebih akrab dipanggil Bang Buset.

Bang Buset adalah seorang Pegawai Non Stop alias PNS di Jakarta, tapi hatinya selalu untuk anak-anak di daerah Bekasi yang kurang beruntung dalam pendidikan. Meski pekerjaannya sudah menyita banyak waktu, dia bersama teman-temannya mendirikan Rumah Pelangi Bekasi, taman bermain dan rumah baca untuk anak-anak kurang mampu. Tempat ini jadi surga kecil bagi mereka yang ingin belajar dan bermain.

Selain mengelola Rumah Pelangi Bekasi, Bang Buset juga rajin ikut kegiatan sosial dan amal. Salah satunya yang terkenal adalah terlibat dalam penggalangan dana untuk Uwak Enih, seorang janda 80 tahun yang tinggal di gubuk reyot dekat bantaran kali CBL Bekasi. Berkat postingan tim Bang Buset di media sosial, kisah Uwak Enih menjadi viral dan banyak orang tergerak membantu membangun rumah layak huni untuknya.
"Kenapa sih, Bang, teman-teman rela repot-repot begini?" tanyaku, penasaran.
Bang Buset tersenyum, matanya berkaca-kaca. "Waktu kecil, saya lihat banyak orang susah di kampung. Sepertinya saya dan teman-teman cuma mau lebih bermanfaat buat mereka yang nggak tersentuh bantuan," katanya dengan suara pelan tapi penuh makna.

Lahir di Desa Sukamekar puluhan tahun lalu, Bang Buset tumbuh dalam keluarga besar. Sebagai anak sulung dari tujuh bersaudara, dia sudah terbiasa mengasuh adik-adiknya. Pengalaman ini membuatnya mencintai anak-anak dan bermimpi mendirikan rumah singgah dan rumah baca untuk mereka.

Antara Kopi dan Integritas: Kisah Dari Bekasi

Dari Senin sampai Jumat, Bang Buset bekerja di Jakarta. Tapi Sabtu dan Minggu, dia bersama anak-anaknya mengisi kegiatan sosial, salah satunya di Rumah Pelangi. Meski sibuk, dia tetap meluangkan waktu untuk keluarganya. Kadang, mereka berwisata di sekitar Bekasi, sekaligus mempromosikan tempat-tempat wisata itu di blog pribadinya.

"Sambil jalan-jalan, sekalian bikin konten. Hitung-hitung promosi tempat wisata yang masih sepi," katanya sambil menyeruput kopi.

Bang Buset terus berjuang mempromosikan Rumah Pelangi yang terletak di Jl. Raya Sukamekar. "Kami selalu terima sumbangan buku, baju sekolah layak pakai, mainan. Apa saja buat anak-anak ini," jelasnya sambil menyeruput kopi yang hampir habis.

Dia berharap Rumah Pelangi terus berkembang dan rutin mengadakan kegiatan edukasi bagi anak-anak kurang mampu. Tujuannya, mengajak masyarakat untuk gemar membaca dan menulis demi pengetahuan yang lebih luas.

"Bang, nggak capek kerja kayak gini terus? Nggak kepingin jadi pejabat kayak di TV itu?" tanyaku lagi, masih penasaran.

Bang Buset menghela napas, lalu tertawa. "Lihat sawah itu," katanya, menunjuk ke arah sawah yang luas. "Orang-orang tua mereka sibuk cari nafkah di sana. Mereka titip anak-anaknya di sekolah dan di Rumah Pelangi ini. Kalau saya sibuk bergaya kayak pejabat, gimana saya bisa ngajarin anak-anak ini tentang kebaikan? Kita nggak cuma harus ajarin kebaikan ke anak sendiri, tapi juga ke anak-anak lain. Walau nggak sedarah, mereka tetap keluarga kita."

Kata-katanya menyentuh hatiku. Sebagai orang dewasa, kita memang harus mengajarkan kebaikan bukan hanya kepada keluarga sendiri, tapi juga kepada anak-anak lain. Saya melirik gelas kopi Bang Buset yang sudah kosong. Hidup ini seperti gelas kopi itu, jika tidak diisi dengan kebaikan, maka akan kosong dan tak bermakna.

Antara Kopi dan Integritas: Kisah Dari Bekasi

"Ajarin anakmu tentang kesederhanaan ini, Deb. Ini bagian dari integritasmu sebagai PNS. Lagian... harta nggak dibawa mati," tambahnya sambil tertawa.

Saya tersenyum, merasa tersentuh oleh kata-katanya. Bang Buset bukan hanya seorang PNS biasa, dia adalah contoh nyata bahwa integritas dan kebaikan adalah hal yang paling penting dalam hidup. Dan mungkin, hanya dengan secangkir kopi dan percakapan sederhana, kita bisa belajar banyak tentang hidup dan arti sebenarnya dari kebermaknaan. []


Penulis: Debby Zhanng
Judul asli: Kopi dan Integritas: Kisah Bang Buset di Bekasi
Diedit sesukanya yang punya blog :p 


Posting Komentar

No Spam, Please.