Membahas hubungan antara kepercayaan dan seni budaya itu seru banget, apalagi kalau kita bahas Tari Pepe-Pepeka ri Makka dari Sulawesi Selatan. Tarian ini mungkin nggak ditampilkan setiap hari, tapi hanya pas ada acara tertentu saja, buat saya yang baru kali ini menyaksikan langsung tentu memberi banyak kesan yang sifatnya subyektif.
Jadi, setelah pulang dari nikahan adik sepupu di Sabbangparu Wajo, saya langsung meluncur ke gathering Nasional Instanusantara ke-XI di Asrama Haji Sudiang. Lokasinya deket Bandara, jadi saya cek Google Maps dan memilih jalan alternatif lewat Paccerakang Daya.
Alhamdulillah, dengan mengendarai motor cuma butuh 45 menit buat sampai, meskipun sempat nyasar di dalam kompleks asrama haji yang cukup luas karena nggak tahu gedungnya di mana.
Pas tiba, saya baru tahu kalau acara diadakan di Aula Wisma Bir Ali. Berkat Google Maps, saya tiba pas sebelum acara dimulai. Begitu tiba, langsung disambut Kak Ina yang udah siap-siap dengan jas tutup khas Makassar untuk ikut menyambut para tamu gathering.
Panitia perempuan memakai baju bodo, lelakinya memakai jas tutup, semoga saja para tamu merasa disambut udah kayak VIP gitu!
Gathering Nasional Instanusantara ke-XI
Jumat malam, 18 Oktober 2024 acara Gathering Nasional Instanusantara ke-XI dibuka dengan penampilan Tari 4 Etnis dari Sanggar Tari Paraikatte.
Tari ini keren banget karena merepresentasikan empat etnis di Sulawesi Selatan: Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja. Biasanya, tarian ini melibatkan minimal empat penari dan berfungsi sebagai pembuka acara, sekaligus ucapan selamat datang dari tuan rumah.
Panitia, penari dan peserta Gathering Nasional Instanusantara ke-XI foto bersama |
Lagu-lagu yang mengiringi tarian ini juga nggak kalah asyik, seperti Anging Mamiri, Bulu' Alau'na Tempe, Tenggang-tenggang Lopi, dan Sangmaneku To Manglaa.
Pembukaan acaranya sederhana aja tapi mengena, dimulai dengan lagu "Indonesia Raya" dan penampilan Tari 4 Etnis yang bikin suasana makin hangat.
Keesokan harinya, Sabtu, 19 Oktober 2024 jam 03:30 teng kami berangkat dari Asrama Haji menuju lokasi wisata Rammang-rammang di Maros, sebuah bentang alam berupa gugusan pegunungan karst yang terletak di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Kawasan karst ini terintegrasi dengan Kawasan Karst Maros-Pangkep.
Peserta Gathering Nasional Instanusantara ke-XI di Rammang-Rammang |
Foto konsep pertama adalah penampilan Tari Pepe-Pepeka ri Makka, baru pertama ini saya menyaksikannya langsung dan punya kesan yang gak terlupakan buat saya. Dilanjut dengan konsep human interest kegiatan penduduk lokal Kampung Berua Rammang-rammang.
Tari Pepe-Pepeka ri Makka
Ngomong-ngomong soal tari, Tari Pepe-Pepeka ri Makka setelah saya telusuri ternyata punya sejarah yang sudah cukup tua. Tarian ini terkait dengan masuknya agama Islam di Gowa pada abad ke-16.
Penyebarannya dilakukan dengan cara yang halus lewat seni, jadi nggak heran kalau seni pertunjukan seperti ini jadi alat penting untuk mengenalkan nilai-nilai agama.
Sultan Alauddin, raja Gowa ke-15, adalah sosok kunci di balik penyebaran Islam di daerah ini. Dia memeluk Islam pada 22 September 1605, dan Tari Pepe-Pepeka ri Makka muncul sebagai cara untuk mengekspresikan ajaran Islam.
Gerakan yang menarik bikin masyarakat lebih mudah memahami nilai-nilai agama, sama halnya dengan tarian yang saya saksikan di gathering.
Tari Pepe-Pepeka ri Makka |
Nama "Pepe-Pepeka ri Makka" sendiri punya makna yang dalam. "Pepe" itu api, "ri" artinya di, dan "Makka" merujuk pada Mekah, tanah suci umat Muslim. Jadi, ini adalah "tarian permainan api" yang diiringi syair-syair bernafaskan Islam.
Bukan sekadar pertunjukan, tapi juga cara untuk menyampaikan nilai-nilai religius, mirip semangat yang ditampilkan dalam Tari 4 Etnis.
Api itu melambangkan semangat dan keberanian. Api yang menyala selalu mengarah ke atas, simbol dari karakter masyarakat Makassar yang tegas dalam mengambil keputusan.
Jadi, permainan api dalam tari ini juga mencerminkan keberanian mereka, sama seperti para penari yang tampil dengan percaya diri di acara gathering.
Tari Pepe-Pepeka ri Makka ini lebih dari sekadar pertunjukan; ini adalah ungkapan jiwa masyarakatnya. Setiap gerakan dan irama membawa pesan yang dalam, dan penonton bisa merasakannya.
Tarian ini bukan hanya hiburan, tapi juga cara untuk menyampaikan pesan spiritual, selaras dengan makna yang terkandung dalam Tari 4 Etnis yang ditampilkan pada saat acara pembukaan.
Akhir kata, Tari Pepe-Pepeka ri Makka adalah contoh nyata bagaimana seni dan kepercayaan bisa saling terhubung. Melalui tarian ini, masyarakat Makassar bisa mengekspresikan identitas budaya dan spiritual mereka.
Jadi, baik di acara gathering maupun pertunjukan lainnya, seni selalu punya peran penting dalam mengikat hubungan antara budaya dan nilai-nilai agama.
Berikut sedikit dokumentasi pribadi dari hp saya merekam keseruan acara Gathering Nasional Instanusantara ke-XI Makassar.
Masih banyak cerita dari mengikuti acara Gathering Nasional Instanusantara ke-XI Makassar, mudah-mudahan ada waktu untuk menyicil ceritanya :)
Salam.