Seberapa Penting Cukai untuk Minuman Berpemanis dalam Kemasan (MBDK)?

Ketahui pentingnya cukai minuman berpemanis untuk cegah diabetes, belajar dari sukses Meksiko, dan pilih minuman sehat demi masa depan yang lebih baik
Seberapa Penting Cukai untuk Minuman Berpemanis dalam Kemasan (MBDK)?

Di tengah tren gaya hidup modern, minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) menjadi bagian dari keseharian banyak orang. Minuman ini praktis, rasanya enak, dan tersedia di mana-mana. Tapi, apakah kamu tahu bahwa di balik kesegarannya, MBDK menyimpan risiko besar untuk kesehatan kita?

Asupan gula berlebih, termasuk lewat konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) menyebabkan surplus kalori yang berakibat pada obesitas dan berbagai penyakit lainnya. Kandungan gula dalam MBDK sangat tinggi dan tergolong mudah dikonsumsi berlebih karena tidak menimbulkan rasa kenyang.

Sebagai contoh, satu teh kemasan rasa buah dengan takaran saji 350 ml mengandung 42 gram gula. Sementara anjuran Kemenkes untuk konsumsi harian gula per orang adalah 10% dari total rata-rata kebutuhan kalori manusia yang sebesar 2000 kalori, yakni sebanyak 200 kalori atau tidak lebih dari 50 gram gula atau setara 4 sendok makan per hari.

Dengan meneguk 3 porsi teh kemasan tersebut, 600 kalori sudah masuk ke dalam tubuh, belum lagi ditambah makanan dan camilan manis lainnya. Otomatis terjadi surplus kalori. Kebiasaan tersebut jika terus berlanjut menyebabkan obesitas.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) -diselenggarakan per lima tahunan- yang dirilis terakhir pada 2018 menunjukkan setidaknya 61,27% penduduk mengonsumsi minimal satu jenis MBDK per hari. Riset juga mencatat persentase penduduk Indonesia dengan obesitas meningkat dua kali lipat dalam satu dekade terakhir dari 10,3% pada 2007 menjadi 21,8% pada 2018.

Temuan tersebut sangat mengkhawatirkan lantaran obesitas menjadi faktor risiko berbagai penyakit tidak menular (PTM) kronis seperti penyakit jantung, diabetes, hipertensi, kerusakan hati dan ginjal, hingga beberapa jenis kanker. Adapun hingga saat ini, stroke, jantung, dan diabetes masih menempati tiga penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

Salah satu cara pemerintah menangani masalah ini adalah dengan menerapkan cukai. Pertanyaannya, seberapa efektif kebijakan ini, dan apa saja dampaknya?

Diabetes: Ancaman Nyata bagi Indonesia

Mari kita mulai dengan melihat fakta kesehatan di Indonesia. Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat, prevalensi diabetes pada penduduk usia di atas 15 tahun meningkat dari 10,9% pada 2018 menjadi 11,7% pada 2023. 

Tidak hanya itu, Federasi Diabetes Internasional (IDF) pada 2021 mencatat Indonesia berada di peringkat ke-5 dunia dengan jumlah penderita diabetes melitus mencapai 19,5 juta orang. Jika dibiarkan, angka ini diproyeksikan melonjak hingga 28,6 juta pada 2045.

Lalu, apa kaitannya dengan MBDK? 

Minuman ini mengandung gula tinggi, terutama fruktosa, yang dapat memicu resistensi insulin. Resistensi insulin adalah salah satu penyebab utama diabetes tipe 2. 

Sebagai contoh, penelitian menemukan bahwa wanita yang mengonsumsi satu porsi MBDK per hari memiliki risiko 83% lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 dibandingkan mereka yang jarang mengonsumsi MBDK. Angka ini tidak main-main, bukan?

Pelajaran Berharga dari Meksiko

Kita bisa belajar dari Meksiko, salah satu negara dengan konsumsi MBDK tertinggi di dunia. Pada 2014, Meksiko menerapkan cukai sebesar 1 peso per liter untuk semua minuman berpemanis. 

Berkat cukai tersebut, harga minuman berpemanis di Meksiko naik sekitar 10-11%. Dalam tahun yang sama, penjualan MBDK turun di sekitar 6-8%. Sedangkan penjualan minuman yang tidak kena cukai meningkat 4-6%, terutama air putih. 

Yang menarik, penurunan terbesar terjadi pada rumah tangga berpenghasilan rendah dan rumah tangga dengan anak-anak, kelompok yang paling rentan terhadap dampak kesehatan akibat MBDK.

Lebih jauh lagi, pendapatan dari cukai digunakan untuk program kesehatan, seperti menyediakan air minum bersih di sekolah. Pemerintah juga melaporkan tidak ada dampak signifikan pada lapangan kerja di sektor minuman. 

Kisah sukses ini menunjukkan bahwa cukai bukan hanya alat untuk mengurangi konsumsi, tetapi juga investasi bagi kesehatan masyarakat.

Keberhasilan Meksiko menjadi contoh bagi negara lain yang ingin mengatasi masalah kesehatan akibat konsumsi gula berlebih. 

Kebijakan cukai minuman berpemanis terbukti menjadi instrumen yang efektif untuk mengubah perilaku konsumen dan mendorong industri minuman untuk memproduksi produk yang lebih sehat.

Seberapa Penting Cukai untuk Minuman Berpemanis dalam Kemasan (MBDK)?

Mengapa Cukai MBDK Penting?

Cukai pada dasarnya adalah cara untuk membuat masyarakat lebih bijak dalam memilih. Ketika harga MBDK naik, banyak orang akan beralih ke pilihan yang lebih sehat, seperti air putih atau minuman tanpa gula tambahan. Misalnya, di Filipina, setelah cukai diterapkan, konsumsi MBDK menurun drastis, dan masyarakat mulai beralih ke air putih.

Namun, manfaat cukai tidak berhenti di situ. Pendapatan dari cukai dapat dialokasikan untuk program kesehatan. Bayangkan jika sebagian dana itu digunakan untuk kampanye edukasi bahaya gula atau untuk mendanai fasilitas kesehatan di daerah terpencil. Dengan begitu, manfaat cukai tidak hanya terasa di meja makan tetapi juga dalam upaya memperbaiki sistem kesehatan secara keseluruhan.

Tantangan di Indonesia: Apakah Kita Siap?

Rencana penerapan cukai MBDK di Indonesia akan dimulai pada semester kedua 2025, dimulai dengan tarif 2,5% dan bertahap hingga maksimal 20%. Meski kebijakan ini terdengar menjanjikan, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi.

  • Pertama, bagaimana memastikan masyarakat memahami tujuan dari cukai ini? Jangan sampai cukai hanya dianggap sebagai tambahan beban ekonomi tanpa edukasi tentang bahaya MBDK. 
  • Kedua, pemerintah perlu memastikan akses masyarakat terhadap alternatif yang lebih sehat, seperti air minum bersih atau jus segar dengan harga terjangkau.

Mulai dari Pilihan Sehari-hari

Bagi kamu yang ingin hidup lebih sehat, ada baiknya mulai mengurangi konsumsi MBDK. Sebagai contoh, jika biasanya kamu minum soda setiap makan siang, cobalah menggantinya dengan air putih atau teh tanpa gula. Selain lebih sehat, pilihan ini juga lebih ramah di kantong.

Penerapan cukai MBDK adalah langkah besar menuju Indonesia yang lebih sehat. Tapi perubahan yang paling nyata akan dimulai dari keputusan kecil kita sehari-hari. 

Jadi, sudahkah kamu memilih minuman yang lebih baik untuk kesehatanmu hari ini?

Dengan langkah kecil ini, kita bukan hanya menjaga kesehatan diri sendiri tetapi juga mendukung upaya pemerintah untuk menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan sadar akan risiko konsumsi gula berlebih. 

Ayo, mulai sekarang, jadikan air putih teman terbaikmu!

Referensi:

  1. Media Keuangan 
  2. Katadata.co.id 
  3. Hasil Kajian CISDI


Posting Komentar

No Spam, Please.