Mengamankan Mobile Banking ala Ki Somad

Di sebuah warung kopi kecil di sudut kota, aroma kopi hitam yang baru diseduh bercampur dengan wangi tembakau dari para pelanggan yang asyik mengobrol.
Di salah satu sudut ruangan, Ki Somad duduk santai di kursinya yang biasa, sebuah bangku kayu yang sudah mulai menunjukkan usianya. Ia dikelilingi oleh beberapa anak muda yang haus akan ilmu, menatapnya dengan antusias.
Ki Somad bukan orang sembarangan. Usianya sudah lebih dari separuh abad, rambutnya mulai memutih, namun pikirannya tetap tajam dan penjelasannya selalu mudah dipahami.
Dulu, ia seorang pengajar di kota besar, namun kini memilih menghabiskan hari-harinya di kampung halaman, berbagi ilmu kepada siapa pun yang ingin belajar.
Siang menjelang sore itu, diskusi pun mengalir deras. Matahari mulai condong ke arah barat, suasana panas sudah mulai berangsur pergi tertiup angin petang.
Warung kopi semakin ramai, beberapa pelanggan tertawa lepas di meja sebelah, sementara aroma pisang goreng yang baru diangkat dari penggorengan menambah suasana akrab.
Tawa kecil sesekali pecah dari kelompok Ki Somad, mencairkan obrolan yang meski serius, tetap terasa hangat dan bersahabat. Adi, seorang mahasiswa semester akhir yang terkenal kritis namun sering gelisah dengan perkembangan teknologi, tampak resah.
Di sebelahnya, Wulan, seorang pekerja kantoran yang baru pindah ke kota ini, mendengarkan dengan seksama.
Raka, yang bercita-cita menjadi programmer, duduk dengan laptopnya, siap mencatat setiap informasi penting. Ia sering disebut 'profesor dadakan' oleh teman-temannya karena kegemarannya mendalami teknologi. Namun, meski jago coding, ia tetap sering ketar-ketir kalau sudah menyangkut keamanan digital.
"Ki, teman saya baru saja kehilangan saldo rekeningnya gara-gara ada aplikasi aneh yang dia unduh. Katanya itu undangan online, tapi setelah dia instal, tiba-tiba akun mobile banking-nya dibobol. Kok bisa begitu, Ki?" tanya Adi, suaranya sedikit tegang.
Ki Somad mengangguk pelan, menyesap kopinya. "Ini adalah fenomena yang sekarang semakin marak, Adi. Bayangkan kamu sedang berjalan di hutan lebat. Ada jejak-jejak kecil di tanah yang mengarah ke dalam kegelapan. Kamu penasaran dan mengikutinya, tapi tanpa sadar, itu adalah jebakan. Begitulah modus peretas. Mereka menciptakan umpan dalam bentuk aplikasi palsu, seperti undangan online, resi paket, atau tagihan BPJS. Tujuannya hanya satu: membuatmu mengunduh dan memasang aplikasi berbahaya di ponselmu."
Raka, yang sejak tadi diam, kini ikut bersuara. "Jadi, aplikasi itu bisa mencuri data kita?"
"Lebih dari itu, Raka," ujar Ki Somad. "Setelah terinstal, aplikasi ini bisa membaca data pribadimu, mengendalikan ponsel dari jarak jauh, bahkan menyedot informasi penting dari mobile banking-mu. Inilah yang disebut sniffing atau penyadapan. Hacker dan penjahat dunia maya bisa dengan mudah mengakses akunmu dan menguras saldomu tanpa sepengetahuanmu."
Wulan yang duduk di sebelah Adi terlihat ngeri. "Lalu bagaimana cara kita mengamankan mobile banking dari pembobolan maling dunia maya, Ki?"
Ki Somad tersenyum, lalu menggoyang-goyangkan sendok kopinya sebelum berbicara. "Langkah pertama adalah memahami bahwa keamanan ada di tangan kita sendiri. Tidak perlu terlalu tegang, tapi juga jangan terlalu santai. Seperti bermain sepak bola, kita harus tahu kapan menyerang dan kapan bertahan. Keamanan digital itu seperti menjaga gawang, jangan biarkan kebobolan!"
"Tidak ada sistem yang benar-benar aman selamanya, karena para pelaku kejahatan terus mengembangkan modus baru. Kejahatan siber yang menyasar pengguna ponsel terus berkembang, seiring dengan meningkatnya ketergantungan kita pada teknologi digital."
"Dahulu, penipuan banyak dilakukan melalui SMS berisi tautan palsu, namun kini bertransformasi menjadi aplikasi palsu, phishing, hingga serangan malware yang lebih canggih", lanjut Ki Somad sambil menghisap nikmat rokok kreteknya
"Salah satu contohnya adalah kasus penipuan undangan digital yang membuat korban tanpa sadar menginstal aplikasi peretas. Aplikasi ini kemudian mencuri data pribadi dan mengakses mobile banking tanpa izin, menguras saldo rekening korban dalam hitungan menit. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu waspada dan memahami langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah kejadian buruk ini," tandas aki-aki yang santuy itu.
Tips Mengamankan Mobile Banking Dari Pembobolan
1. Jangan Sembarangan Mengeklik File APK
"Seperti saat kalian menerima hadiah yang tidak kalian minta, jangan buru-buru menerimanya. Jika ada nomor tak dikenal mengirimkan file APK atau tautan aneh baik melalui chat Whatsapp atau SMS phising (SMS berisi phishing), abaikan dan hapus pesan tersebut. Selama kalian tidak mengeklik dan menginstalnya, ponsel kalian akan tetap aman."
Adi mengangguk cepat. "Jadi kalau ada pesan aneh, langsung hapus saja, ya?"
"Betul!" Ki Somad tersenyum. "Jangan beri kesempatan pada penipu."
2. Aktifkan Play Protect
"Ponsel kita memiliki penjaga gerbang bernama Play Protect. Ini seperti satpam di pintu masuk sebuah gedung. Untuk mengaktifkannya, masuk ke Google Play Store, klik ikon profil, pilih 'Play Protect', lalu aktifkan fitur ini. Jika kalian mencoba menginstal aplikasi berbahaya, Play Protect akan memberi peringatan."
Raka mencoba mengaktifkan Play Protect di ponselnya. "Wah, gampang juga ternyata!"
3. Blokir Instalasi Aplikasi Tidak Resmi
"Ini penting! Jangan biarkan ponsel kalian menerima aplikasi dari sumber yang tidak jelas. Masuk ke pengaturan, cari 'Install Unknown Apps', dan pastikan semuanya dalam kondisi 'Blocked' atau 'Not Allowed'. Ini seperti menutup pintu bagi pencuri agar tidak bisa masuk."
Wulan mengangguk setuju. "Jadi aplikasi hanya boleh diinstal dari Play Store, ya, Ki?"
"Idealnya begitu, Wulan. Sebisa mungkin hanya instal aplikasi yang sumbernya kita percaya sekalipun bukan dari Play Store."
4. Periksa Izin Aplikasi
"Coba lihat aplikasi di ponsel kalian. Apakah ada yang meminta akses ke kamera, SMS, atau lokasi padahal tidak ada hubungannya dengan fungsi aplikasi itu? Aplikasi berbahaya sering meminta izin yang gak diperlukan. Jika menemukan yang mencurigakan, segera hapus!"
Adi segera membuka pengaturan izin aplikasinya. "Wah, ada aplikasi yang minta akses ke SMS, padahal ini cuma aplikasi edit foto!" Ia tertawa kecil, "Jangan-jangan ini aplikasi mata-mata yang ingin tahu chat mantanku!" Wulan dan Raka tertawa mendengar celotehnya, membuat suasana semakin cair meski mereka tengah membahas topik serius.
Ki Somad tersenyum. "Nah, itu contoh aplikasi yang perlu kamu waspadai."
![]() |
Social Engineering (Soceng) kerap dilakukan untuk mengumpulkan data awal |
Nasihat Ki Somad:
Matahari makin condong ke barat menuju tenggelam, bias rona jingga sudah mulai mewarnai mega. menandakan diskusi mereka hampir usai. Ki Somad menatap wajah-wajah penuh semangat di depannya. "Keamanan digital itu seperti menjaga rumah sendiri. Jangan sembarang membuka pintu untuk orang asing, selalu periksa siapa yang masuk, dan pastikan pintu tetap terkunci. Ponsel dan mobile banking kalian adalah harta yang berharga, jadi jagalah dengan baik."
Raka tersenyum lebar. "Terima kasih, Ki! Sekarang aku paham bagaimana melindungi mobile banking dari pembobolan oleh pencuri dunia cyber."
Ki Somad mengangguk puas. "Bagus. Ingatlah, keamanan bukan cuma soal teknologi, tetapi juga soal kebiasaan kita dalam menjaga diri."
-----------
* Smishing adalah serangan rekayasa sosial yang menggunakan pesan SMS palsu untuk mengelabui orang agar mengunduh malware, berbagi informasi rahasia, atau mengirim uang ke penjahat siber. Istilah "smishing" adalah kombinasi dari "SMS" (short message services/layanan pesan singkat atau teks) dan "phishing".
* Phishing adalah upaya penipuan untuk mendapatkan informasi sensitif dari pengguna. Informasi sensitif yang dimaksud bisa berupa data kartu kredit, data kartu debit, atau data kredensial akun